December 23, 2009

Renungan: Herodes, manusia yang haus akan kuasa

Matius 2 : 13 - 23

2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."

2:14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,

2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."

2:16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.

2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:

2:18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

2:19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:

2:20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."

2:21 Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.

2:22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.

2:23 Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.


Herodes, manusia yang haus akan kuasa

Dunia tempat kita berada ini adalah dunia yang penuh dengan kuasa. Dimana-mana orang ingin berkuasa. Banyak orang berpikir bahwa semakin dia memiliki banyak maka semakin dia lebih berkuasa lagi. Dunia ini mengajarakan bahwa kalau kita tidak berkuasa, maka kita akan dikuasai; itu saja masalahnya. Ke dalam dunia yang seperti inilah Tuhan Yesus lahir. Ketika Ia lahir, Bayi Yesus sudah dihadang oleh seorang Herodes!

Herodes adalah tipikal orang yang haus akan kekuasaan, bahkan gila kuasa. Dia memerintah dengan tangan besi. Konon dia tega membunuh keluarganya sendiri untuk mempertahankan kekuasaannya, bahkan siapapun yang menghalangi dia, akan dibunuh. Herodes disebut-sebut sebagai raja, tapi sebenarnya Herodes bukanlah orang Jahudi, dia adalah orang Edom, dia dijadikan oleh orang Romawi yang waktu itu menjajah orang Israel, sebagai raja boneka. Dalam hatinya sebenarnya dia tahu bahwa dia bukanlah raja orang Jahudi yang sesungguhnya.

Ketika Yesus lahir, Herodes sudah memerintah lebih dari 30 tahun, tapi dia tetap semangat mempertahankan kekuasaannya. Dalam keadaan dirinya sudah tua, dia tahu dia sudah banyak bunuh orang, dan banyak orang berharap dia mati. Tiba-tiba dia mendengar berita bahwa seorang bayi telah lahir dan akan jadi raja orang Israel. Tentu berita ini membuat Herodes gelisah, takut, bahkan sakit hati dan berusaha menekan perasaannya dengan kemarahannya.

Disini Tuhan hadir sepertinya dalam keadaan tidak berdaya: betapa kecilnya Yesus di tangan Herodes yang dengan ringan memerintah utuk membunuh bayi-bayi. Kristus lahir seakan tidak berdaya, lemah,diombang-ambing oleh penguasa dan harus terdesak keluar dari Betlehem, lari ke mesir. Tapi justru itulah plot yang memang harus terjadi, lari ke Mesir dan kembali setelah Herodes meninggal. Semua itu sudah dinubuatkan dan sudah direncanakan. Justru yang disaksikan oleh Matius adalah kuasa Allah yang mengatur segalanya. Pekerjaan Tuhan disini jelas sekali. Semua plot yang terjadi ini bukan kebetulan, karena Allah sudah melihatnya terlebih dulu. Allah tidak pernah kehilangan kendali, bahkan Allah memegang kendali segalanya, dan tidak satupun yang menguasai Tuhan Yesus: tidak dosa, tidak Herodes, atau kuasa lainnya.

Sobat muda, cerita kelahiran Kristus menunjukkan kuasa Allah yang nyata di bumi. Kristus memang datang sebagai bayi, tapi Dia datang sebagai Raja, yang dipenuhi oleh kemuliaan Raja. Kalau Kristus datang sebagai Raja, maka biarlah sekarang kita juga mengerti bahwa hanya Tuhan Yesus yang berkuasa atas kita, bukan uang, bukan kedudukan, dan bukan diri kita sendiri. Hidup harus dikuasai oleh Kristus. Dia hadir sebagai Tuhan yang artinya sebagai penguasa dalam hidup kita.

Apakah yang menguasai hidupmu saat ini? Banyak orang masih dikuasai hawa nafsunya dan dikuasai dirinya sendiri. Ketika kita merayakan natal, ingatlah bahwa Kristus sungguh hadir dan menguasai hidup kita. Jangan biarkan apapun atau siapapun memegang kendali atas diri kita selain Dia yang memiliki hidup kita.

December 21, 2009

Renungan: Yesus Kristus Raja Damai

Yesaya 9 : 5

9-5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.


Yesus Kristus Raja Damai

Semua orang menginginkan kedamaian lebih dari pada keinginan lainnya. Banyak orang akan setuju, bahwa ketimbang materi lebih baik memiliki kedamaian. Karena kita mengartikan ‘damai’ sebagai suatu kondisi dimana tidak ada konflik, kekacauan, ketakutan, dan penderitaan; yang ada adalah kesejahteraan, keselarasan, dan keutuhan. Siapa yang tidak mau kondisi seperti itu?

Negeri kita memang tidak sedang dilanda perang seperti yang terjadi di belahan dunia lain. Tapi bila kita melihat sekeliling kita, tidak habis-habisnya konflik berkecamuk di negeri ini; konflik antar kelompok, perorangan bahkan antar institusi dan lembaga. Kejahatan meningkat terus dalam berbagai bentuk yang membuat kita selalu hidup dalam kekuatiran dan ketakutan. Media TV bahkan menghadirkan kekacauan itu di ruang tamu kita, yang membuat kita sadar bahwa tidak ada tempat atau sudut yang damai di dalam dunia kita. Banyak orang mencari kedamaian dan mengupayakan sedemikian rupa, tapi sering kali usaha itu tidak berhasil karena dipatahkan lagi oleh kejahatan dan keserakahan manusia.

Yesaya mengatakan bahwa Mesias itu akan disebut orang Raja damai. Kedamaian yang Tuhan Yesus berikan adalah kedamaian yang bukan datang dari dunia ini atau seperti yang diupayakan manusia. Tuhan mengatakan “Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu…” (Yohanes 14:27) Tuhan Yesus mengatakan ini sebagai peringatan kepada Murid-murid bahwa mereka akan menghadapi berbagai pencobaan, tapi Tuhan menjanjikan kedamaian di hati mereka yang akan memberikan kekuatan. Makna kedamaian yang Tuhan berikan memang berbeda dari apa yang orang sering upayakan. Seperti apakah dunia ini mengajarkan kita bagaimana mengejar kedamaian? Kalau terjadi konflik dalam rumah tangga, cerai saja. Kalau orang berbuat jahat, balas saja. Kalau merasa bosan, pergi saja. Kalau ada masalah, lari saja. Kalau merasa kurang, cari saja. Itulah pemikiran tentang pencarian damai yang dilakukan dunia ini. Cara pikir dunia tentang damai adalah ketika tidak ada konflik, tidak ada penindasan, dan tidak ada kekacauan. Tapi “damai” yang Tuhan Yesus berikan tidak demikian. Justru Tuhan Yesus menjanjikan kedamaian di dalam hati kita bahkan ketika konflik, penindasan dan kekacauan itu masih berlangsung di sekitar kita.

Orang Jahudi menyebut damai itu sebagai “shalom” dan orang Kristen di Indonesia sekarang sering menyebut kata ini. “Shalom” adalah kata yang kaya sekali yang didalamnya mengandung makna suatu “keutuhan” dan “lengkap”. Damai yang Kristus berikan akan membuat hidup kita utuh, lengkap dan tidak kekurangan apapun. Dengan demikian, penderitaan tidak membuat kita jadi merasa ‘kurang’, konflik tidak membuat kita jadi jahat, kejahatan orang lain tidak membuat kita jadi berbuat dosa, kekacauan tidak membuat kita jadi takut. Kedamaian yang Tuhan letakkan di dalam hati kita membuat kita dapat tetap dalam keadaan ‘damai’: damai dengan Allah, damai dengan diri sendiri, bahkan damai dengan sesama kita.

Banyak orang masih mencari damai di dunia ini, padahal damai yang sesungguhnya hanya bisa kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Dia membawa kita berdamai dengan Allah sehingga kita mendapatkan kasih anugrahNya. Dia membawa damai di dalam hati kita sehingga kita juga berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.

Sobat muda, temukan damai yang sejati di dalam Kristus, bukan di dalam dunia ini.

December 14, 2009

Renungan: Penasehat Ajaib

Yesaya 9 : 6

9:6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.


Penasehat Ajaib

Seringkali kita mengahadapi pilihan-pilihan yang membingunkan dalam hidup kita, atau masalah-masalah yang sangat pelik untuk dapat diselesaikan. Dalam kebingungan itu biasanya kita akan mencari seseorang yang akan memberikan kita petunjuk, nasihat ataupun pencerahan supaya kita dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Kadang masalah hidup terlalu berat dan pilihannya terlalu sulit sehingga pencerahan apapun tetap membuat jalan kita terasa gelap. Dunia ini memang semakin gelap.

Kegelapan itulah yang juga dirasakan oleh Yesaya ketika dia melihat sekelilingnya. Yesaya melihat kondisi orang Israel yang hatinya gelap karena lebih suka berbuat dosa, pemimpin-pemimpin yang hatinya juga busuk dan bahkan lebih lagi menyusahkan rakyat yang mereka pimpin. Ditengah kegelapan itu Yesaya menyampaikan pesan Allah bahwa akan lahir ditengah-tengah gelapnya dunia ini seorang “Penasihat yang ajaib”. Tentu ini janji yang sangat melegakan.

Orang Israel mengerti arti Allah yang ajaib yang sanggup melakukan apa saja. Mazmur 78:12 mengatakan “Dihadapan nenek moyang mereka dilakukanNya keajaiban-keajaiban di tanah Mesir”. Sekarang Yesaya mengatakan menyatakan secara khusus kata “ajaib” menjadi sebutan bagi anak yang akan lahir di tengah Israel dan menjadi “Penasihat ajaib”. Yesaya menunjuk sebutan ini kepada Mesias yaitu Tuhan Yesus yang lahir di tengah dunia.

Ada beberapa karakteristik “Penasihat ajaib” yang nyata dalam diri Kristus.

Pertama, seorang penasihat akan selalu bekerja secara langsung terhadap yang dinasihatkannya dalam percakapan, pendampingan dan relasi yang dekat. Mesias itu datang menghampiri manusia dan menjadi manusia dan hidup ditengah manusia. Begitulah Tuhan menjadi penasihat yang ajaib dalam hidup kita dengan membiarkan kita masuk dalam relasi denganNya.

Kedua, seorang penasihat memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan orang yang dinasihatinya. Puji Tuhan, di tengah jaman yang gelap ini, kita punya “the wonderful counselor”, yang memimpin dan mencerahkan kita dalam pengambilan keputusan-keputusan yang penting.

Ketiga, seorang penasihat harus mengerti betul apa yang disampaikannya dan tahu persis kondisi orang yang dinasihatinya. Penasihat yang ajaib ini bahkan telah turun menjadi manusia dan merasakan artinya menderita, terhimpit, dan ditekan penguasa dalam ketidak adilan. Dia tahu persis dan mengerti setiap pergumulan yang kita alami, karena Dia pun pernah mengalaminya.

Tapi ada 2 hal yang harus kita miliki supaya “Penasihat yang ajaib” sungguh kita alami secara pribadi; kita harus memiliki “trust and obey” atau percaya dan taat. Sebab pergi kepada konselor tidak ada gunanya kalau kita tidak taat melakukakan apa yang yang dia katakan. Sama saja anda pergi ke dokter lalu mendapatkan resep obat, tapi anda tidak menebus obat anda sendiri; apa artinya pergi ke dokter?

Sobat,, kemanakah engkau mencari nasihat untuk langkah-langkah hidupmu? Datanglah padaNya, Penasihat yang ajaib. BersamaNya tidak ada yang mustahil!

December 11, 2009

Renungan: Menjadi Laki-Laki yang Allah Inginkan

Kejadian 3 : 6

3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

Hakim - Hakim 4 : 7 - 8

4:7 dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu."

4:8 Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju."

1 Timotius 6 : 11

6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.


Menjadi Laki-Laki yang Allah Inginkan

Kita memang hidup didalam budaya dengan patriakal yang kuat. Pejuang perempuan sering bilang bahwa perempuan hidup didalam dunia laki-laki. Laki-laki dari kecil sudah menyadari perbedaan kelas yang dimilikinya dengan perempuan. Di rumah dia diperlakukan lebih istimewa dari saudara perempuannya. Orang tuanya selalu mengatakan “kamu kan anak laki….”

Tanpa disadari laki-laki menjadi bertumbuh kesadarannya bahwa memang dia lebih dari perempuan, dan perempuan bergantung padanya. Itu sebabnya pada umumnya laki-laki lebih senang bila perempuan bermanja-manja dengannya, dan melihat betapa perempuan itu membutuhkannya. Entah kondisi social ataupun kondisi psikologis yang membentuknya, tapi pada umumnya gambaran seorang laki-laki seringkali ditampilkan dengan karakteristik : kuat, berkuasa, punya harga diri, berotoritas, dan mandiri.

Tapi bagaimana potret laki-laki yang diinginkan Allah? Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berbeda dan unik. Sekali lagi tidak berarti ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah. Tapi dengan adanya 2 dan berbeda, tentu Allah punya maksud yang unik, yang Dia ingin lihat dalam diri seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kita diciptakan bukan dengan “sexless spirit” tapi kita masing-masing laki-laki dan perempuan yang berbeda, dan dengan mengerti masing-masing maka kita bisa menjalin komunikasi yang baik, dan menjadi team yang baik.

Laki-laki didisain untuk menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin jangan disamakan dengan “menguasai” apalagi “mendominasi” dan “mengeksploitir”. Allah memanggil laki-laki untuk memimpin, bukan untuk mendominasi. Adam gagal menjadi pemimpin. Dia ada disana bersama-sama istrinya, tapi dia gagal memimpin istri untuk tidak digoda oleh iblis, dan juga gagal memimpin dirinya sendiri untuk tidak tergoda hal yang sama.

Laki-laki harus kuat didalam mengambil keputusan-keputusan yang penting, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk kebaikan bersama. Harus diingat, ketika laki-laki tidak bersedia memimpin, maka perempuan akan maju; dan sebenarnya itu sesuatu yang memalukan, bukan karena kenyataan perempuan yang maju, tapi karena kenyataan laki-laki yang tidak mau maju. Begitulah cerita Debora dan Barak. Barak yang panglima perang, tidak berani maju memimpin, malah mengatakan pada Debora, “kalau kamu maju, aku ikut, kalau kamu tidak, aku juga tidak”. Barak akhirnya kehilangan peran!! Ketika laki-laki tidak mau ambil tanggung jawabnya, maka dia akan kehilangan perannya. Perhatikan cerita dalam hakim-hakim itu, pada akhirnya yang membunuh musuh Israel, adalah perempuan, dan ini sesuatu yang sangat memalukan buat orang Israel.

Laki-laki harus memimpin dalam kebenaran yaitu “speaking the truth”. Bukan berarti perempuan tidak bicara benar, tapi laki-laki dengan kepemimpinannya harus berbicara kebenaran. Mulut laki-laki harus seperti emas! Itulah nasihat Paulus kepada Timotius. Timotius dinasihati untuk berhati-hati dengan perkataan yang dapat menghancurkan orang lain bahkan keutuhan komunitas. Dalam 1 Timotius 6:11, dikatakan “hai manusia Allah (man of God) jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” Kalau laki-laki sudah gagal di ucapannya, maka sulit untuk percaya bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab.

Sobat muda, jadilah laki-laki yang diinginkan Allah!

December 10, 2009

Renungan: Menjadi Perempuan yang Allah inginkan

Kejadian 2 : 18

2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

Amsal 11 : 16

11:16 Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan.

Amsal 31 : 30

31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.


Menjadi Perempuan yang Allah inginkan

Mengapa perempuan harus menjadi perempuan sebagaimana yang Allah inginkan? Karena dijaman ini banyak perempuan ingin menjadi apa yang dunia ini inginkan, bukan yang Allah inginkan. Dunia telah membentuk image tentang perempuan yang semakin bergeser jauh dari apa yang Allah inginkan. Dunia membentuk apa yang disebut ‘cantik’ dan ideal. Ini membuat perempuan jadi memusatkan sentral hidupnya pada tubuhnya. Beberapa kultur memberikan suatu standar kepada “cantik” dan “tidak cantik”. Bagi orang-orang Chinese yang tersebar di belahan dunia mana saja, cantik itu berarti kurus, langsing dan berkaki kecil. Bagi orang India dan Afrika, mungkin perempuan yang bertubuh besar dan berisi- lah yang terlihat cantik. Bagi orang Amerika perempuan dengan dada besar dan warna rambut yang pirang, itulah yang cantik. Di Indonesia sendiri, akhir-akhir ini media banyak mempromosikan bahwa kulit yang putih itu lah yang lebih cantik. Sehingga dalam iklan-iklan digambarkan perempuan menjadi sangat minder karena kulitnya tidak putih dan perlu memakai cream pemutih.

Siapakah perempuan yang diinginkan Allah? Kejadian 2:18 memperlihatkan bahwa Allah menyebut perempuan yang Ia ciptakan sebagai “penolong”. Kata penolong memang sepertinya menunjukkan perempuan tidak penting. Tidak demikian maknanya, karena pada bagian Alkitab lainnya, Allah pun disebut sebagai “penolong Israel”. Sebagai penolong, perempuan di-disain Allah sebagai ciptaan yang memiliki kekuatan. Tapi tidak pernah “kekuatan” itu berpusatkan pada penampilan fisik atau bentuk tubuhnya seperti yang sering diekploitasi oleh dunia ini. Paling tidak Amsal memberikan beberapa nasihat mengenai kekuatan perempuan. Amsal 11:16 mengemukakan bahwa kekuatan perempuan sebenarnya adalah “kebaikan hatinya”. Kebaikan hati ini menjadikan perempuan sanggup memberi dirinya, secara total dan berkorban bagi orang lain. Ini harusnya menjadi kekuatan yang harus terus digali oleh perempuan, tapi dunia ini terus menggiring perempuan hanya memikirkan kondisi fisik dirinya saja. Padahal Amsal 31:30 justru mengatakan bahwa kemolekan dan kecantikan itu sia-sia, hal itu bukanlah sesuatu yang harus menjadi ‘tanda’ kekuatan perempuan, tapi sikapnya yang takut akan Allah, itulah yang menjadi kekuatan perempuan. Sikap takut akan Allah itulah yang membuat perempuan menjadi bijak dan justru dapat berpikir dengan jernih seturut kehendak Allah.

Perpaduan antara hati yang bijak dan kekuatan untuk memberi diri seharusnya menjadi kekuatan yang membuat perempuan menjadi seperti yang diinginkan Allah.

Perempuan telah diberikan kapasitas-kapasitas yang muncul dari natur ke-perempuanan-nya. Secara fisik mereka memang lebih lemah dari laki-laki tapi secara mental, seringkali perempuan lebih tangguh dari laki-laki. “Inner being” mereka mampu bertahan lebih kuat dari laki-laki. Didalam pelayanan-pelayanan gereja, kita sering melihat perempuan lebih banyak dari laki-laki, dan mereka pada umumnya tidak perlu didorong-dorong untuk melayani.

Perempuan yang menjadikan diri sebagai sentral dan ego yang kuat, adalah gambaran perempuan yang diingini dunia. Perempuan yang diingini Allah adalah perempuan yang tidak mementingkan diri sendiri tapi mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan sanggup berkorban bagi orang lain.
Sobat muda, jadilah perempuan yang diinginkan Allah!

December 7, 2009

Renungan: Tugasku Mengabarkan, tapi Tuhan yang Mempertobatkan

Markus 4 : 26 - 29

4:26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,

4:27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.

4:28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.

4:29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."


Tugasku Mengabarkan, tapi Tuhan yang Mempertobatkan

Biasanya kita berpikir bahwa setiap yang kita kerjakan perlu ada kalkulasi atau perhitungannya. Kita bisa memperhitungkan seberapa jauh persiapannya, apa yang harus dilakukan, bagaimana prosesnya dan seperti apa nanti hasilnya. Tapi tentu kita juga tahu bahwa ada banyak dalam hidup kita yang kita tidak bisa kendalikan sepenuhnya dan menentukan hasilnya seperti apa. Bahkan banyak dalam hidup kita yang terjadi dimana kita tidak lihat prosesnya secara langsung, tapi tiba-tiba kita lihat hasilnya.

Perumpamaan tentang benih yang tumbuh ini bicara tentang bagaimana Kerajan Allah terwujudkan dengan ajaib. Seperti orang yang menabur benih di tanah, lalu orang yang menabur itu tidur. Tidur disini tidak perlu diartikan bahwa dia tidak perduli, atau malas-malasan, karena yang ditekan adalah terjadinya sesuatu pada benih itu yang penaburnya tidak tahu bahkan tidak dapat mendeteksi bagaimana prosesnya. Ada suatu proses yang terjadi antara waktu menabur dan waktu menuai; kenyataan bahwa yang menabur ini tidur, sebenarnya mau menunjukkan bahwa proses tersebut terjadi justru tanpa campur tangan si penabur.

Perumpaman ini bicara tentang salah satu aspek Kerajaan Allah, bahwa Kerajan Allah juga dinyatakan dengan cara yang misterius. Seringkali Allah bekerja dengan misterius, datang dengan inisiatif sepenuhnya dan tanpa menggunakan campur tangan manusia sama sekali. Hal ini dapat kita lihat dalam pertobatan seseorang.

Allah bekerja dengan misterius mempertobatkan orang. Seringkali kita mendengar tagline: mengabarkan injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang sesat. Pdahal sebenarnya kita tidak bisa menyelamatkan jiwa-jiwa yang sesat, kita tidak bisa mempertobatkan orang. Yang bisa kita lakukan adalah mengabarkan inji dan menaburkan benih! Kita sebenarnya hanya tahu tiba-tiba orang percaya dan panen tiba!

Ada orang bisa mendengar khotbah berkali-kali tapi tidak juga bergeming dan tidak bertobat juga. Atau ada juga orang yang mendoakan pasangannya atau orang tuanya selama bertahun-tahun supaya percaya Tuhan, tanpa tahu kapan yang didoakan bertobat. Tapi suatu hari tiba-tiba saja orang itu bertobat karena suatu khotbah yang sederhana, atau peristiwa hidup yang biasa dan tiba-tiba saja hatinya berubah dan menerima Kristus. Mengapa demikian? Karena Allah bekerja dengan kuasaNya secara penuh dan tidak bergantung pada siapapun dan apapun juga untuk menjalankan rencanaNya. Ini adalah proses yang hanya Tuhan secara eksklusif bisa lakukan dan tidak ada campur tangan manusia didalamnya. Mengapa bisa demikian?

Karena memang Dia adalah Allah yang berdaulat penuh, dan keberadaanya tidak begantung oleh apapun dan oleh siapapun sehingga Dia bisa kapan saja sesuka hatiNya berintervensi dalam hidup kita. Hal ini justru seharusnya membuat kita semakin giat mengabarkan Injil karena kita tahu bukan kita yang mempertobatkan tapi Allah yang mempertobatkan. Dia secara misterius bekerja dalam hati manusia menumbuhkan iman percaya dalam hati seseorang.

Jadi sahabat,, jangan pernah berhenti memberitakan Injil, menaburkan kebenaran dan menyatakan Kasih, karena kita tahu jerih payah kita tidak ada yang sia-sia karena didalamnya Allah bekerja dengan misterius dan ajaib.

November 28, 2009

Renungan: Selalu Baru Tiap Pagi

Ratapan 3 : 21 - 24

3:21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:

3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.


Selalu baru tiap pagi

Kalau kita bangun pagi, dengan perasaan enak, sebelum ke kantor, di saat kita merasa segala sesuatunya berjalan dengan baik, maka dengan senang kita akan mengatakannya dengan penuh penghayatan “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi, besar kesetiaanMu” Tapi sebenarnya syair atau puisi ini adalah sebuah ratapan sebuah jeritan yang kalau disuarakan, pastilah sesuatu yang menyayat hati. Jeritan dan ratapan ini diungkapkan karena melihat Yerusalem hancur, atau lebih tepatnya dibiarkan Allah dihancurkan. Padalah kota ini adalah kota yang didalamnya Allah berkenan, kota yang Allah kuduskan untuk diriNya, yang menjadi sentral umat Allah untuk menyembah Dia.

Tapi perhatikan apakah yang Yeremia lihat dalam penderitaan itu dan apa yang dia pikirkan yang kemudian membuat dia bisa berharap ditengah penderitaannya. Yeremia mengatakan di ayat 21 “tapi hal-hal inilah yang kuperhatikan”, atau “This I call to mind”. Seringkali kalau kita lagi susah, yang kita ingat adalah kesusahan yang lain, sehingga kita makin merasa terpuruk. Apa yang muncul dalam pikiran kita ketika penderitaan itu datang. Ingatan itu adalah anugrah. Bersyukurlah ketika anda masih bisa mengingat sesuatu dalam hidup anda. Yeremia mengingat: “tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya”

Yeremia berbicara hal yang paling mendasar tentang siapa Allah baginya. Dia berharap pada Allah karena dia tahu ada sumber yang tidak habis-habis. Kita sering mengandalkan sumber daya yang kita punya: mungkin kita bisa optimis memasuki tahun ini, karena keuangan kita sedang bagus, pekerjaan kita juga sedang lancar-lancarnya,dan kondisi seakan dapat kita control dengan baik. Kalau seperti ini cara pikir kita, dan hal-hal yang bersifat materi yang membuat kita optimis, maka ketika semua itu makin berkurang, atau bahkan semua diambil dari anda, maka hilang juga optimisme kita dan runtuh juga seluruh kepercayaan kita.

Tapi Yeremia melihat sumber optimis hidupnya bukan dari apa yang dia punya, tapi dari apa yang Allah punya! Apa yang kita punya akan habis seperti debu dan abu, tapi apa yang Allah punya tidak akan ada habisnya. KasihNya tidak berkesudahan, rahmatNya tidak akan habis. Dalam bahasa aslinya rahmat memiliki akar kata yang sama dengan ‘rahim’. Kehidupan seorang bayi dimulai dari rahim, yang menyediakan segala kebutuhan sang bayi. Berarti rahmat ini, berasal dari Allah yang menjadikan, yang menyediakannya. Allah adalah sumber rahmat. Dan rahmat Tuhan tidak mungkin gagal didalam memelihara dan menopang hidup kita. Inilah sumber optimism kita menghadapi hari-hari yang baru di depan kita. Jangan pernah mengandalkan apa yang kita punya, apalagi apa yang orang punya, tapi apa yang Allah bisa kerjakan bagi kita.

Dari sumber yang tidak habis-habis ini, yang tidak berkesudahan ini, maka Yeremia dapat melihat hidup kesehariannya adalah pemeliharan Tuhan, dari hari ke hari. Pagi hari adalah tanda bahwa kita baru saja melewati malam yang gelap. Pada malam hari ktia terbatas, tidak banyak yang bisa kita perbuat. Pada malam hari kita tidak bekerja, kita tidur, dan pada saat kita tidur Allah bekerja memelihara. Orang Jahudi menghayati “pagi hari” sebagai moment khusus untuk berdoa,dan sebagai imam Yeremia sangat menghayati arti pagi sebagai waktu khusunya berdoa dihadapan Tuhan. Makna ini lebih prinsip dari sekedar makna harafiah “pagi” karena rahmat Tuhan tersedia pagi siang dan malam. Tapi Rahmat Tuhan itu hanya terjadi dalam hubungan kita yang erat dengan Allah.

Temans, hadapi hari ini dengan optimis; sumbernya hanya ada pada Tuhan.

November 26, 2009

Renungan: Cerdas melihat Orang

Matius 7:15-20

(15) Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?

(17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.

(18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

(19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.

(20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.



Kita seringkali terpesona dengan penampilan seseorang, bahkan kita mengukur seseorang itu dari penampilan luarnya; baik itu tutur katanya, sikapnya, sampai cara berpakaiannya. Memang ini sudah menjadi ciri manusia yang senang sekali melihat penampakan luar, karena memang cara melihat seperti itu lebih gampang. Padahal cara melihat seperti itu adalah tidak cerdas, bahkan Tuhan memperingatkan kita bahwa cara melihat yang seperti ini bisa membut kita terjerat oleh pengajaran yang sesat yang dibawa oleh guru-guru sesat.

Semua ajaran-ajaran sesat di dalam Kekristenan muncul dan berawal dari orang-orang tertentu yang memang punya wibawa, sanggup merekrut orang, mempesona banyak orang baik dengan perkataannya, konsep yang dia bawa, dan juga cara dia menyampaikan. Penyesat dan guru-guru palsu selalu ada di sekitar kita. Tuhan Yesus memberikan beberapa ciri-ciri khas dari mereka:

Pertama, ayat 15 mengatakan “nabi-nabi palsu yang datang padamu”; Ini menunjukkan sifat mereka yang persuasive, mereka mendatangi kita, mereka sebenarnya mudah ditemui dan banyak. Guru-guru palsu akan membuat kemudahan-kemudahan buat kita, hanya supaya kita ikut mereka.

Kedua, mereka datang dengan menyamar: bahkan mengambil rupa binatang yang sama sekali paling tidak berbahaya: domba. Orang kalau mau menyesatkan kita tentu mereka akan datang dalam bentuk yang membuat kita sangat nyaman. Tidak mungkin mereka menakut-nakuti kita. Dia tidak akan menunjukkan taringnya, tapi bulunya yang halus, karena penyamaran selalu diperlukan untuk menutupi kebobrokan atau menutupi maksud yang jahat.

Ketiga, karena ini samaran, tentu ciri khas guru palsu dan penyesat adalah, hidup mereka yang penuh kemunafikan. Sebuah kepura-puraan akan sulit dijalankan dalam waktu yang lama dan terus menerus. Sehebat-hebatnya serigala menyamar jadi domba akan ada waktunya dia capek menjadi domba dan taringnya akan keluar ketika melihat daging enak.

Tuhan mengajak kita cerdas melihat penyesat dengan memperhatikan “buahnya”. Buah disini berarti sesuatu yang dihasilkan orang tersebut. Ini bisa berupa sikap, kata-kata, dan motivasi. Tipikal penyesat pada mulanya akan memikirkan orang yang diajaknya. Tapi lama-kelamaan seorang penyesat akan meninggikan dirinya. Meninggikan diri, menguntungkan diri, dan pemujaan diri, menjadi ciri khas orang penyesat. Buah dari orang penyesat bukan saja meninggikan diri mereka sendiri, tapi juga menjauhkan kita dari kebenaran Allah. Berbeda dengan Guru-guru sejati, yang akan makin tenggelam didalam kemuliaan Tuhan, sampai mereka-pun sudah tidak kelihatan lagi karena yang orang lihat hanya Tuhan, bukan orangnya.

Mari kita belajar menjadi lebih pintar dalam menghadapi dunia kita yang selalu diisi dengan orang-orang yang berusaha menyesatkan kita. Mungkin dia tidak tampil sebagai pengkhotbah, pemimpin religius, atau orang dewasa. Tapi dia muncul sebagai teman yang paling enak engkau ajak bicara. Kita harus cerdas menyikapi teman-teman seperti ini: lihat buahnya! Apakah dia mengasihi dengan tulus, apakah dia memiliki kemunafikan yang dia tahan-tahan, dan yang lebih penting lagi: apakah bersamanya engkau menjadi orang yang justru lebih dekat dengan Tuhan? Atau malah engkau makin menjauh dari Tuhan karena pengaruhnya yang kuat?

November 20, 2009

Renungan: Miskin tapi Kaya dalam Kemurahan

2 Korintus 8:1-5

(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.

(2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

(3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

(4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

(5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.



Banyak orang berpikir, memberi mungkin adalah hal yang mudah selama mereka memiliki banyak. Kalau kita sendiri tidak cukup materinya, apa yang mau di beri? Begitu mungkin perhitungannya. Tapi kenyataannya orang yang punya banyak kelimpahan harta justru seringkali merasa sulit untuk memberi. Karena mereka berpikir bahwa setiap orang harusnya mendapatkan apa yang mereka upayakan sendiri; tidak bekerja berarti tidak mendapatkan, sehingga memberi begitu saja kepada pihak lain, adalah sesuatu yang tidak benar. Perhitungan semacam ini membuat di pihak lain kalaupun orang memberi, maka biasanya mereka mengharapkan imbalannya seperti pengakuan di depan orang banyak. Sesungguhnya memberi itu bukan pekerjaan mudah dan tidak semata hanya masalah kita punya atau tidak punya sesuatu untuk diberi. Dibutuhkan lebih dari harta atau materi untuk membuat seseorang sanggup memberi dengan benar.

Paulus sedang menggalang dana diantara gereja-gereja non-Yahudi yang dilayaninya untuk membantu Gereja Yerusalem. Bantuan kepada gereja Yerusalem ini tidak bisa hanya dilihat sebagai makna “bantuan secara materi” belaka, tapi ada makna yang lebih mendalam. Paulus mendorong orang Korintus melihat bahwa pemberian ini juga bermakna adanya koneksi gereja-gereja non-Yahudi kepada gereja Yerusalem yang merupakan “gereja asal” dari mana pengabaran injil disebarkan secara luas. Sehingga orang-orang Korintus juga harus melihat bahwa kesempatan membantu ini menunjukkan bahwa mereka adalah sama-sama umat Tuhan dan tidak ada perbedaan antara Yahudi dan non Yahudi. Paulus mendorong orang Korintus untuk menolong Gereja Yerusalem dengan cara menceritakan bagaimana orang Makedonia telah memberi dengan berkelimpahan.

Ada beberapa kualitas yang dimiliki orang Makedonia. Orang Makedonia memang banyak terdiri dari masyarakat miskin dan hidup penuh penderitaan, tapi mereka memiliki kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan sehingga mereka dapat memberi. Bahkan di dalam kekurangan, mereka dapat memberi melampaui kemampuan mereka. Orang Makedonia tidak perlu di desak-desak, karena mereka memberikan dalam kerelaan dan justru inisiatifnya datang dari mereka sendiri. Tidak disebutkan seberapa besar jumlah yang sudah mereka berikan, karena memang Paulus tidak menekankan soal jumlah, tapi menekankan semangat mereka dalam memberi yang berlawanan dengan kenyataan bahwa mereka hidup miskin.

Paulus menyebut orang Makedonia “miskin tapi kaya dalam kemurahan”. Kekayaan yang berharga memang bukanlah uang atau materi. Kemurahan hati adalah sebuah kekayaan, bahkan kekayaan yang dimiliki orang Makedonia adalah kemurahan yang diletakkan Tuhan sebagai anugrah di hati mereka. Kekayaan ini membuat mereka tidak bisa diam ketika melihat gereja Yerusalem membutuhkan pertolongan. Kekayaan ini membuat mereka sebenarnya bukan hanya menyerahkan ‘materi’, tapi juga diri mereka sendiri. Orang boleh saja kaya secara materi, tapi jangan sampai hatinya miskin dan sulit, bahkan tidak sanggup memberi. Orang yang sudah mengalami kasih dan kemurahan Tuhan dalam hatinya adalah orang yang kaya dalam kemurahan; mereka tidak akan diam saja, tapi akan selalu giat dalam memberi.

Sahabat , apakah engkau orang yang kaya dalam kemurahan?

November 13, 2009

Renungan: He Loves Me

Hosea 3 : 1 - 5

3:1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis."

3:2 Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.

3:3 Aku berkata kepadanya: "Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau."

3:4 Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim.

3:5 Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.


He loves me

“Love” di jaman ini sudah menjadi barang usang. Tema “cinta” telah dituangkan dalam bentuk media apa saja: buku, lagu, film, photografi dan lain sebagainya. Cinta menjadi hal yang sangat umum dibicarakan dan mudah juga diungkapkan. Cinta menjadi sekedar rasa dan pengalaman, tapi tidak ada tanggung jawab, penghormatan dan komitmen dimana hal-hal itu sudah mulai ditanggalkan dalam arena cinta. Di mimbar-mimbar gereja, khotbah tentang kasih juga sudah semakin hambar di telinga jemaat, yang ketika mendengarnya akan mengatakan “itu aku sudah tahu…”. Walau tema kasih adalah tema yang popular dikhotbahkan, herannya manusia paling susah belajar tentang kasih. Kita melihat sedikit orang yang punya kasih yang tulus, lebih banyak orang jahat yang hatinya tidak lurus.
Kita boleh saja bilang tema kasih itu sudah semakin usang, bahkan kita mungkin semakin skeptis tentang kasih. Tapi Alkitab memperlihatkan bahwa Allah adalah Allah yang mengasihi manusia. Bahkan “kasih” adalah sifat Allah yang paling jelas dan sering disebut tentang diriNya. Aneh bukan? Apa yang mulia dan kudus, bahkan yang melekat pada Allah sebagai sifatNya yang kudus telah menjadi usang dalam realita manusia. Padahal kasih adalah sifat yang Ilahi, namun dalam dunia kita, hal itu sudah semakin kabur maknanya.

Begitu pentingnya pelajaran tentang Kasih, sampai-sampai Hosea harus menjelaskan tentang kasih Allah bukan dengan khotbah, tapi dengan suatu gambaran yang hidup: yaitu pengalamannya sendiri. Allah memerintahkan Hosea untuk “membeli” istrinya atau menebus istrinya sendiri dari rumah persundalan. Jadi perempuan ini sudah pernah lari dari Hosea, namun Allah memerintahkan Hosea untuk mencarinya lagi. Disini Hosea sedang menggambarkan Allah yang mengasihi orang Israel yang berkali-kali juga sudah mengkhianati Tuhan dan berpaling dariNya. Mengasihi seseorang yang tidak mengasihi kita dan bahkan tidak layak menerima kasih, tentu sangat menyakitkan. Tapi memang itulah yang Allah lakukan pada orang Israel. Berkali-kali bangsa ini berubah hatinya menyembah dan menyerahkan diri pada dewa-dewa, tapi Allah tetap mencari dan melepaskan mereka untuk kembali padaNya lagi. Semua itu semata hanya karena Allah mengasihi Israel.

Dalam hidup kita banyak orang yang mulanya mengasihi kita dan memberikan kebahagiaan pada kita, tapi dalam perjalanannya kemudian berubah dan tidak mengasihi lagi. Manusia memang mudah sekali menyerah dan berubah kasihnya. Tapi tidak demikian dengan Tuhan kita. Kekuatan Kasih Allah sanggup membuat kita kembali padaNya, walau sejauh apapun kita sudah menyimpang. Dia mencari kita dan menginginkan kita ada lekat denganNya.

Sobat muda, ketika semua orang berubah kasihnya, tetaplah bersyukur karena masih ada Tuhan yang tidak pernah berubah kasihNya.

October 1, 2009

Renungan: Hal Menghakimi

Matius 7 : 1 - 5

7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."


Hal Menghakimi

Makna “menghakimi” dalam bacaan kita ini bukan berarti orang Kirsten tidak boleh jadi hakim, atau memberikan penilaian terhadap orang lain. Yang dimaksud “menghakimi” disini menunjuk kepada ‘”kebiasaan” seseorang yang selalu berpikiran negative tentang orang lain dan mudah sekali mengatakan kesalahan orang lain. Orang yang punya kebiasaan ini adalah orang yang senang sekali memperlihatkan dan membesar-besarkan kesalahan orang lain, bahkan kesalahan kecil lalu dibesar-besarkan menjadi sesuatu yang dianggap luar biasa. Pada dasarnya kita memang lebih mudah mencari kesalahan orang lain dari pada kesalahan sendiri bukan? Ini adalah kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan.

Ada 2 alasan menurut Tuhan mengapa kita jangan menghakimi: Yang pertama, logikanya kalau kita sering menghakimi orang, maka ukuran yang sering kita pakai itu akan diberlakukan kepada kita. Ini berarti seperti pola ‘pembalasan’, bahwa orang yang kita ‘hakimi’ itu akan membalas dengan kriteria yang kita pakai juga. Berarti kebiasaan menyalahkan orang ini hanya menimbulkan kebiasaan buruk dalam sebuah kelompok. Atau dengan kata lain akan menciptakan komunitas yang tidak sehat karena terdiri dari orang-orang yang saling ‘membalas’ menyalahkan orang lain.

Yang kedua, yang lebih khusus dan penting, diungkapkan Tuhan dengan mengatakan”Mengapakah engkau melihat selumbar dimata saudaramu, sedangkan balok dimatamu tidak engkau ketahui? Selumbar berarti titik noda, kalau bisa masuk di mata berarti cukup kecil, sedangkan balok berarti besar. Ini perbandingan yang sangat besar sekali antara debu dan balok. Kiasan ini berarti: titik noda terlihat didalam hidup orang tapi balok yang besar dalam hidup kita tidak kelihatan. Apakah artinya?
Orang sering melihat kesalahan orang lain, yang kecil-kecil, lalu dibesar-besarkan, sedangkan dirinya sendiri tidak disadari kesalahannya. Kita sering melihat debu dalam diri orang lain, tapi sebenarnya Tuhan lihat balok dimata kita. Balok itu harus diangkat dulu, kalau tidak bagaimana bisa melihat debu di mata orang lain?? Kita sering membesar-besarkan kesalahan orang lain seakan-akan kesalahan itu seperti balok besarnya. Padahal sebenarnya yang kita lihat itu balok kita sendiri.

Sebenarnya kita tidak cukup ‘competent’ untuk menyatakan kesalahan orang lain. Karena sebenarnya kita hanya sanggup menemukan titik kecil dalam kesalahan orang lain. Tapi tidak berarti kita hanya diam saja melihat dosa. Dosa akan selalu ada, dan dosa tidak boleh didiamkan. Kesalah sahabat kita tidak boleh kita biarkan. Tapi memang ada cara dan mekanisme yang benar untuk menyatakan penilaian kita pada orang lain! Dan itulah yang Tuhan Yesus katakan pada kita hari ini prinsip yang penting: “Keluarkanlah dulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu” Jadi mekanisme yang benar untuk menyatakan kesalahan orang lain adalah, haruslah lebih dulu kita memeriksa diri kita sendiri di hadapan Tuhan; mengeluarkan balok dari mata kita sendiri. Saya sebut ini mekanisme koreksi diri yaitu membiarkan Tuhan mengkoreksi kita dan mengaku dosa kita dihadapan Tuhan. Dengan kerendahan hati seperti itulah maka kita baru bisa dengan tulus menyatakan kesalahan orang lain bagi kebaikan orang tersebut.

Teman, hati-hati kalau melihat kesalahan orang lain, jangan-jangan yang engkau lihat sebenarnya balok dimatamu.

August 5, 2009

Renungan: Tuhan Campur Tangan Dalam Hidupku

Markus 7:31-37

(31) Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.

(32) Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.

(33) Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.

(34) Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!

(35) Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

(36) Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.

(37) Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."


Tuhan campur tangan dalam Hidupku

Orang tuli yang dibawa kepada Tuhan Yesus ini sebenarnya hanya minta supaya Tuhan Yesus meletakkan tanganNya diatasnya, sebagai tanda dia diberkati. Tapi lihatlah apa yang Tuhan Yesus lakukan kepadanya. Tuhan memisahkan orang itu dari orang banyak. Mengapa Tuhan melakukan hal itu? Tuhan sedang membangun kontak yang pribadi dengan orang ini, dan ternyata ini dinggap penting sekali oleh Tuhan yaitu orang yang buta dan juga gagap itu mengalami perjumpaan yang pribadi dengan Nya. Lalu Tuhan menyembuhkan orang ini juga dengan cara yang unik: “ia memasukan jariNya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu”. Orang itu hanya minta diberkati; biasanya itu hanya berupa penumpangan tangan. Tapi Tuhan malah memisahkan dia, memasukkan jari ke telinga dan menyentuh lidahnya. Lalu Tuhan mengatakan “efata” dan orang itu terbuka telinganya, dan terbuka juga ikatan yang mengikat lidahnya sehignga dia bisa berbicara dengan lancar.

Kalau kita melihat keseluruhan proses Kristus menyembuhkan orang tuli dan gagap ini : memisahkan, membuat kontak yang pribadi, dan menyembuhkan. Apa yang bisa kita pelajari? Ini memperlihatkan bahwa Kristus berkuasa melakukan intervensi dalam hidup kita: mengambil, memisahkan, memasukkan, memegang, dan menyembuhkan. Semua Ia lakukan bahkan tidak perlu minta persetujuan siapapun, karena Dia berotoritas penuh dalam hidup orang buta itu. Intervensi hanya bisa terjadi kalau ada otoritas. Itu sebabnya kadangkala ketika seseorang melakukan sesuatu atas kita tanpa persetujuan kita, maka kita akan berpikir dia telah melampaui batas dan ikut campur, sehingga kita akan mengatakan “apa urusannya dengan kamu?”

Tapi Allah berintervensi dimanapun, kapanpun Dia mau, karena Dia berdaulat penuh atas hidup kita. Sebenarnya hal ini tidaklah sulit dimengerti, bahwa Allah berdaulat dalam hidup kita. Kita sudah sering menunjukkannya sendiri dengan sikap kita yaitu: kita berdoa. Mengapa kita berdoa pada Tuhan supaya diberkati? Mengapa Anda berdoa supaya perjalanan anda selamat, atau supaya orang yang anda kasihi sembuh dari sakit? Karena kira tahu dan sadar bahwa Tuhan berkuasa untuk melakukan itu semua. Walaupun dalam keterbatasan pemahaman kita tentang Allah, beberapa dari kita berdoa hanya karena semua orang juga berdoa, dan pernah dengar kesaksian orang lain bahwa Tuhan menyembuhkan. Dalam posisi ini pun, anda sebenarnya sudah memiliki sedikit pemahaman bahwa Allah itu berkuasa.

Pagi ini mari kita belajar melihat bahwa Kristus berkuasa dan berintervensi dalam hidup kita. Dia campur tangan dalam segala perkara dan menolong dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Tentulah hal ini memberikan kelegaan pada kita yang sedang bergumul, dan berjuang dalam kehidupannya. Ini memberikan kita keyakinan untuk menghadapi hari-hari kita di depan. Tuhan tidak pernah tidak tahu dan tidak pernah tidak mengerti apa yang terjadi dengan kita.

Bila kita sekarang diingatkan kembali bahwa Kristus yang berkuasa itu selalu mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera, apakah dalam hidup ini yang membuat kita kuatir? Adakah tempat lain dimana kita bisa meletakkan kepercayaan kita selain pada Kristus? Letakkanlah kepercayaan kita pada Kristus yang berkuasa atas hidup kita.

May 4, 2009

Shenzhen di siang hari

Saya berdiri di depan taman miniatur dunia yang terkenal dengan sebutan “the window of the world” di kota shenzhen. Di hari libur yang panas itu pelataran tempat wisata ini ramai dipenuhi warga senzhen dan turis manca Negara. Saya melihat suatu pemandangan yang menarik.

Seorang anak kecil, umurnya tidak lebih dari 7-8 thn, berdiri memegang 3 tangkai mawar di tengah keramaian orang yang lalu lalang di pedestrian. Saya berpikir dia sedang menjajakan bunga mawar… Tapi tiba-tiba anak itu bergerak mendekati seorang perempuan muda yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan pasangan laki-laki-nya dan dengan cepat anak kecil ‘penjaja mawar’ ini memeluk satu kaki perempuan muda itu dengan seluruh tubuhnya. Alhasil perempuan yang masih remaja itu tidak dapat berjalan karena di kaki nya bergelayut seorang anak kecil yang dengan muka memelas seperti menangis berteriak-teriak, “ &%#..%$&*(.....!!! “. :)

Saya tidak tahu artinya, tapi sepertinya anak itu memohon supaya bunga mawarnya dibeli. Perempuan malang itu berusaha untuk melepaskan ‘japitan’ di kakinya dengan sekuat tenaga, dan dengan sekuat tenaga juga anak laki-laki itu tetap memeluk kaki itu dengan kuat. Dia mencoba mengatakan bahwa dia tidak mau membeli, tapi bocah itu tetap berteriak-teriak dengan muka menangis. Sementara sang pacar juga berusaha menarik untuk melepaskan pelukan anak itu. Orang yang lalu lalang disekitar hanya melihat dan terus berjalan seakan itu adalah pemandangan yang biasa. Aneh…saya berpikir, kalau ini terjadi di Jakarta, anak kecil itu pastilah sudah babak belur.

Setelah perempuan itu berupaya melepaskan diri dengan berbagai cara, akhirnya sang pacar mengeluarkan uangnya dan memberikannya pada anak itu. Jepitan pun dilepaskan, tapi bunga tidak diberikan, dan perempuan itupun sudah tidak peduli dengan bunga yang sudah dibayar, yang penting sudah lepas :).

Ketika itu saya sedang menunggu mobil jemputan yang akan membawa saya kembali ke hotel. Jadi saya masih sempat melihat anak kecil itu melakukan aksi yang sama kepada 5 orang lainnya dalam waktu kira-kira 30 menit. Dalam pengamatan singkat itu saya menemukan suatu pola. Anak itu hanya mendekati pasangan muda, terutama remaja yang memang terlihat sangat intim. Tidak sekalipun dia mencoba mendekati pasangan dewasa, atau suami istri; yang dia targetkan hanyalah pasangan remaja.

Mengapa demikian? Dia tahu persis bahwa kalau dia menjerat sang perempuan, maka sang pangeran yang masih muda dan bersemangat itu akan “tertantang” untuk menolong sang putri dengan segala cara, bahkan dengan cara membayarnya sekalipun. Dari 5 pasangan yang saya lihat, hanya satu pasangan yang laki-lakinya memakai kekerasan untuk menyelamatkan pacarnya, sedangkan selebihnya, membebaskan dengan cara membayar bandit kecil ini. Sebuah pemerasan yang secara terbuka di depan publik yang dilakukan seorang bocah kecil. Dunia ini memang aneh.

Mungkin bukan bocah itu yang menciptakan strategi ini, ada sutradara yang mengatur di belakang panggung. Tapi yang jelas anak yang mestinya masih bermain-main dengan teman-temannya ini, tidak seharusnya masuk dalam arena kotor penipuan yang menjual tangis, menyandera rasa malu seseorang, dan memanipulasi rasa heroic seorang laki-laki.

Wah…ini manipulasi berlapis lapis yang sanggup dilakukan seorang bocah. Dia tahu, seorang perempuan akan menjaga kelakuannya di depan pacarnya, sehingga ketika digelayuti kakinya, dia hanya meringis, berusaha bicara, dan mendorong ‘lembut’ anak itu. Dia tahu, kalau itu dilakukan di depan orang, maka perempuan itu akan malu, jangan-jangan orang berpikir itu anaknya. Coba kalau ibu-ibu yang kakinya digelayuti, sudah pasti anak itu dipukul pakai payung atau tas belanjaan karena gemes dengan kenakalan seperti itu. Dia tahu, seorang laki-laki muda akan menjadikan kesempatan itu sebagai ‘moment’ menunjukkan ke-gentle-an dan sikap melindungi pacarnya. Luar biasa bukan strateginya? Mungkin itu tidak akan berhasil di Jakarta, tapi di Shenzhen, anak itu berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuknya: hasil dari manipulasi.

Kira-kira….bandit kecil itu kalau sudah besar menjadi seperti siapa ya? Preman? Koruptor? Pejabat Negara? Dosen? Orang tua yang abusive kepada anaknya? Atau….Pendeta? :))

January 6, 2009

Renungan: Tuhan ku-ingin pancarkan kemuliaan-Mu


Mazmur 8

(1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.

(2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.

(3) Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.

(4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:

(5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

(6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

(7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:

(8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;

(9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.

(10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!


Tuhan ku-ingin memancarkan kemuliaan-Mu

Pemazmur sadar betul bahwa dia berdiri di hadapan Allah yang besar dan dahsyat, yang keagungan nama-Nya mengatasi segala yang ada di bumi, bahkan mencapai kemuliaan di surga. Ini adalah sesuatu yang belum pernah dilihatnya dengan kasat mata tapi dia bisa rasakan kebesaran-Nya. Lalu Pemazmur menjelaskan kebesaran Tuhan ini dengan cara yang unik. Dia mengatakan: “dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah kau letakkanya dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam”. Perhatikan dua hal yang bertolak belakang antara “bayi dan anak-anak menyusui” dengan “musuh-musuh Tuhan” ini perbandingan yang tidak sebanding. Allah menggunakan bayi-bayi dan anak-anak menyusui untuk meletakkan kekuatan-Nya oleh karena keberadaan musuh-musuh-Nya. Berarti keberadaan musuh dan pendendam itu ditanggapi Allah dengan meletakkan kekuataan-Nya bukan pada gunung atau pada ksatria perang, tapi pada bayi dan anak-anak menyusui. Apa arti puisi ini?

Ayat 3 ini berkaitan erat dengan ayat 1-2 yaitu bicara tentang keagungan nama Tuhan. “Musuh dan pendendam” adalah simbol kekuatan manusia, kesombongan dan penonjolan diri. Yang paling mendasar dari musuh dan pendendam ini adalah mereka tidak dapat mengenali dan mengakui keagungan nama Tuhan dan penyataan lewat nama itu. Sebaliknya, “bayi dan anak-anak menyusui” adalah simbol kerendahan hati dan ketidakberdayaan manusia, tapi mereka diberikan kekuatan lebih hebat dari musuh-musuh dengan mengenali keagungan nama Tuhan. Mereka disanggupkan mengenali keagungan Tuhan dan mengerti kebesaran-Nya dan penyataan-Nya. Kesombongan dan pemujaan diri adalah dinding penghalang yang paling utama untuk manusia bisa mengenali Allah dalam hidupnya. Sedangkan bagi orang yang menyadari dosanya dan ketidakberdayaannya, justru kepadanya Allah menyatakan diri-Nya.

Jadi dalam hal ini Pemazmur menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan, tapi itu bukanlah sesuatu kesadaran yang diterima begitu saja, atau diterima karena sekedar pengamatan terhadap langit dan alam semesta, atau kesadaran yang diterima karena perkataan orang lain. Tapi suatu kesadaran yang Allah letakkan dalam hatinya. Ketika kesadaran akan keagungan Tuhan ini muncul, pemazmur juga menyadari hal yang kedua: Pemazmur menemukan betapa kecilnya dan tidak berartinya dia. Tapi dalam kondisi dirinya yang mengaku tidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan, justru dia menemukan bahwa Tuhan telah menjadikannya sebagai mahluk yang mulia.

Manusia diberikan tugas yang mulia yaitu menjadi master di tengah ciptaan dan mahluk hidup lainnya. Allah sebagai pencipta mendelegasikan kekuasaan-Nya atas ciptaan lainnnya kepada manusia ciptaan-Nya itu, agar manusi mengelola, mengerjakan, memanfaatkan dengan maksimal. Semua itu dilakukan bukan untuk kemuliaan manusia, tapi bagi kemuliaan Allah yang mencipta. Pemazmur menyadari untuk itulah Ia dicipta: menjadi kemuliaan Allah.

Sobat muda, kalau kita juga dicipta dengan tujuan seperti itu, maka tentulah itu mempengaruhi seluruh perilaku, sikap dan cara kita hidup. Betapa mengharukan bila kita mengingat bahwa Dia yang mulia dan berkuasa mau memakai kita yang yang hina sebagai pancaran dan pantulan kemuliaan-Nya. Pemazmur memulai dengan “ ya Tuhan, Tuhan kami betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi” dan kemudian pada bagian akhir ditutup dengan “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” Kemuliaan itu sejatinya berawal dari Tuhan. Tuhan yang memberikan kemuliaan pada manusia, kembalinya kepada kemuliaan Tuhan juga.  

Biarlah semua yang kita kerjakan dalam hidup ini hanya untuk kemuliaan Allah, karena memang untuk itulah kita hidup: Memancarkan kemuliaan Tuhan.