ejadian 11 : 1 - 9
11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
11:3
Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu
bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai
batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
11:4 Juga kata
mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara
yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya
kita jangan terserak ke seluruh bumi."
11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
11:6
dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk
semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun
juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat
terlaksana.
11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
11:9
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di
situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah
mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Sebuah Karya Berbasis Kesombongan oleh Kak Astri Sinaga
Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan (Amsal 16:18)
Apa
yang salah dengan pembangunan menara Babel ini? Mengapa Tuhan Allah
kemudian menghentikan usaha itu? Anak-anak manusia itu berkata, “Marilah
kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya
sampai ke langit, dan marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak
ke seluruh bumi” (ayat 4). Menara yang sedang dibangun ini adalah
menara yang mereka ingin ketinggiannya mencapai langit. Langit disini
artinya “heaven” atau surga, tempat Tuhan Allah bertahta. Lalu mereka
ingin juga menamai menara itu. Apa artinya?
Sebenarnya yang
mereka bangun bukan sekedar menara, tapi suatu berhala, yang bisa
menduduki surga, dan memiliki nama yang dapat mereka sembah dan
mempersatukan mereka. Bila menara ini berdiri, berarti mereka memiliki
sebuah kekuatan yang nyata yang memerintah dan mempersatukan mereka
layaknya berhala. Dengan demikian mereka tidak membutuhkan Allah lagi,
mereka melakukan segala sesuatunya sesuka hati mereka.
Sobat
muda, walaupun kita ini bisa menghasilkan karya-karya yang baik, contoh
pembangunan menara babel menunjukkan bahwa kita sering menghasilkan
karya-karya kita untuk kesombongan kita. Kita membangun prestasi yang
bagus dalam studi dan pekerjaan kita dengan motivasi supaya orang
menghormati kita. Kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, supaya
orang memuji-muji kita. Itu semua adalah suatu pekerjaan yang lahir dari
kesombongan, dan Tuhan Allah tidak suka akan kesombongan kita.
Dia
yang berkuasa dan yang memberikan kita kapasitas berkarya, berarti Dia
juga sanggup menghentikan segala karya kita begitu saja kalau kita
mendasari setiap karya kita dengan kesombongan. Pikirkan hari ini,
apakah “aku punya motivasi kesombongan dalam pekerjaan-pekerjaan yang
sadang aku lakukan?”