August 9, 2008

Renungan: Rindu Dipakai Tuhan

1 Samuel 1:23b-28

(23b) Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya sampai disapihnya.

(24) Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.

(25) Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;

(26) lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.

(27) Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.

(28) Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.


Rindu dipakai Tuhan

Hana merindukan anak. Hatinya pun merana, karena tidak punya anak di jaman itu adalah suatu kesusahan hidup yang berat. Tapi Hana tahu bahwa Allah lah yang menutup kandungannya sehingga dalam hatinya yang merana itu, dia tidak membuat usaha lain selain datang kepada Allah. Hana berbeda dari pendahulunya, seperti Sarah atau Rachel yang sama-sama mandul tapi mereka berupaya mendapatkan anak dengan cara memberikan budak-budaknya kepada suami mereka. Hana tidak melakukan itu, tapi dia hanya berdoa kepada Allah karena mengakui bahwa hanya Allah saja yang dapat membuka kembali kandungannya. Dalam doa Hana, ia bernazar, bahwa kalau Tuhan memberikan dia anak laki-laki, maka ia akan menyerahkan anak itu bagi Tuhan. Lalu Tuhan menjawab doa Hana dan memberikannya seorang anak laki-laki. Hana yang sudah mengikatkan dirinya dalam perjanjian itu, memenuhi janjinya dengan menyerahkan anak itu untuk dibesarkan oleh Imam Eli bagi pekerjaan Tuhan.

Kita jadi berpikir, kalau Hana rindu punya anak, mengapa dia minta anak kepada Tuhan, tapi kemudian menyerahkannya untuk dibesarkan oleh Imam Eli? Mengapa merindukannya kalau kemudian dia akhirnya melepaskannya? Disini kita justru melihat bahwa kesedihan Hana sebenarnya bukan hanya semata-mata karena tidak punya anak; tapi dia merasa tidak dapat memberikan apa-apa kepada Tuhan dengan tidak punya anak. Ini membuktikan bahwa Hana bukan sekedar minta anak, tapi dia minta dipakai Tuhan dengan jalan memiliki anak. Jadi kerinduan Hana yang paling mendasar sebenarnya adalah: kerinduan untuk dipakai Tuhan. Hana tahu sebagai perempuan pada jaman itu, memiliki anak adalah suatu kesempatan untuk menjadi alat kemuliaan Tuhan.

Sobat muda, apakah kerinduanmu yang paling mendasar di dalam hidup ini? Kerinduan Hana yang sangat mendasar adalah : dipakai oleh Tuhan untuk kemuliaanNya. Kerinduan Hana ini dibawa dalam doanya; dalam doanya Hana mengikat janji dengan Tuhan, dan dalam janjinya, Hana memegang teguh komitmennya, sehingga Hana memang dipakai Tuhan melahirkan seorang pemimpin besar bangsa Israel yaitu, Samuel.

Kita punya banyak kerinduan. Rindu juga membuat seseorang akan rela berjalan jauh untuk bisa mendapatkan apa yang ia rindukan. Rindu yang besar akan membuat kita memegang teguh komitmen kita untuk mewujudkannya. Bila anda rindu untuk melayani Tuhan, maka kerinduan itu akan melahirkan kesungguhan dan komitmen yang teguh untuk bekerja bagi Tuhan, betapapun sulitnya. Mengapa orang sering mengatakan “ah saya sibuk, tidak ada waktu untuk pelayanan” ? Sebenarnya yang terjadi adalah, dia tidak punya “rindu untuk melayani Tuhan”. Karena tidak rindu, dia tidak mengupayakannya, apalagi berkomitmen.

Rindukah engkau dipakai Tuhan?