1 Samuel 1:23b-28
(23b) Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya sampai disapihnya.
(24)
Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor
lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung
anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih
kecil betul kanak-kanak itu.
(25) Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;
(26)
lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup,
akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa
kepada TUHAN.
(27) Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
(28)
Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia
kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada
TUHAN.
Rindu dipakai Tuhan
Hana
merindukan anak. Hatinya pun merana, karena tidak punya anak di jaman
itu adalah suatu kesusahan hidup yang berat. Tapi Hana tahu bahwa Allah
lah yang menutup kandungannya sehingga dalam hatinya yang merana itu,
dia tidak membuat usaha lain selain datang kepada Allah. Hana berbeda
dari pendahulunya, seperti Sarah atau Rachel yang sama-sama mandul tapi
mereka berupaya mendapatkan anak dengan cara memberikan budak-budaknya
kepada suami mereka. Hana tidak melakukan itu, tapi dia hanya berdoa
kepada Allah karena mengakui bahwa hanya Allah saja yang dapat membuka
kembali kandungannya. Dalam doa Hana, ia bernazar, bahwa kalau Tuhan
memberikan dia anak laki-laki, maka ia akan menyerahkan anak itu bagi
Tuhan. Lalu Tuhan menjawab doa Hana dan memberikannya seorang anak
laki-laki. Hana yang sudah mengikatkan dirinya dalam perjanjian itu,
memenuhi janjinya dengan menyerahkan anak itu untuk dibesarkan oleh Imam
Eli bagi pekerjaan Tuhan.
Kita jadi berpikir, kalau Hana rindu
punya anak, mengapa dia minta anak kepada Tuhan, tapi kemudian
menyerahkannya untuk dibesarkan oleh Imam Eli? Mengapa merindukannya
kalau kemudian dia akhirnya melepaskannya? Disini kita justru melihat
bahwa kesedihan Hana sebenarnya bukan hanya semata-mata karena tidak
punya anak; tapi dia merasa tidak dapat memberikan apa-apa kepada Tuhan
dengan tidak punya anak. Ini membuktikan bahwa Hana bukan sekedar minta
anak, tapi dia minta dipakai Tuhan dengan jalan memiliki anak. Jadi
kerinduan Hana yang paling mendasar sebenarnya adalah: kerinduan untuk
dipakai Tuhan. Hana tahu sebagai perempuan pada jaman itu, memiliki
anak adalah suatu kesempatan untuk menjadi alat kemuliaan Tuhan.
Sobat
muda, apakah kerinduanmu yang paling mendasar di dalam hidup ini?
Kerinduan Hana yang sangat mendasar adalah : dipakai oleh Tuhan untuk
kemuliaanNya. Kerinduan Hana ini dibawa dalam doanya; dalam doanya Hana
mengikat janji dengan Tuhan, dan dalam janjinya, Hana memegang teguh
komitmennya, sehingga Hana memang dipakai Tuhan melahirkan seorang
pemimpin besar bangsa Israel yaitu, Samuel.
Kita punya banyak
kerinduan. Rindu juga membuat seseorang akan rela berjalan jauh untuk
bisa mendapatkan apa yang ia rindukan. Rindu yang besar akan membuat
kita memegang teguh komitmen kita untuk mewujudkannya. Bila anda rindu
untuk melayani Tuhan, maka kerinduan itu akan melahirkan kesungguhan dan
komitmen yang teguh untuk bekerja bagi Tuhan, betapapun sulitnya.
Mengapa orang sering mengatakan “ah saya sibuk, tidak ada waktu untuk pelayanan”
? Sebenarnya yang terjadi adalah, dia tidak punya “rindu untuk melayani
Tuhan”. Karena tidak rindu, dia tidak mengupayakannya, apalagi
berkomitmen.
Rindukah engkau dipakai Tuhan?