November 26, 2009

Renungan: Cerdas melihat Orang

Matius 7:15-20

(15) Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?

(17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.

(18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

(19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.

(20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.



Kita seringkali terpesona dengan penampilan seseorang, bahkan kita mengukur seseorang itu dari penampilan luarnya; baik itu tutur katanya, sikapnya, sampai cara berpakaiannya. Memang ini sudah menjadi ciri manusia yang senang sekali melihat penampakan luar, karena memang cara melihat seperti itu lebih gampang. Padahal cara melihat seperti itu adalah tidak cerdas, bahkan Tuhan memperingatkan kita bahwa cara melihat yang seperti ini bisa membut kita terjerat oleh pengajaran yang sesat yang dibawa oleh guru-guru sesat.

Semua ajaran-ajaran sesat di dalam Kekristenan muncul dan berawal dari orang-orang tertentu yang memang punya wibawa, sanggup merekrut orang, mempesona banyak orang baik dengan perkataannya, konsep yang dia bawa, dan juga cara dia menyampaikan. Penyesat dan guru-guru palsu selalu ada di sekitar kita. Tuhan Yesus memberikan beberapa ciri-ciri khas dari mereka:

Pertama, ayat 15 mengatakan “nabi-nabi palsu yang datang padamu”; Ini menunjukkan sifat mereka yang persuasive, mereka mendatangi kita, mereka sebenarnya mudah ditemui dan banyak. Guru-guru palsu akan membuat kemudahan-kemudahan buat kita, hanya supaya kita ikut mereka.

Kedua, mereka datang dengan menyamar: bahkan mengambil rupa binatang yang sama sekali paling tidak berbahaya: domba. Orang kalau mau menyesatkan kita tentu mereka akan datang dalam bentuk yang membuat kita sangat nyaman. Tidak mungkin mereka menakut-nakuti kita. Dia tidak akan menunjukkan taringnya, tapi bulunya yang halus, karena penyamaran selalu diperlukan untuk menutupi kebobrokan atau menutupi maksud yang jahat.

Ketiga, karena ini samaran, tentu ciri khas guru palsu dan penyesat adalah, hidup mereka yang penuh kemunafikan. Sebuah kepura-puraan akan sulit dijalankan dalam waktu yang lama dan terus menerus. Sehebat-hebatnya serigala menyamar jadi domba akan ada waktunya dia capek menjadi domba dan taringnya akan keluar ketika melihat daging enak.

Tuhan mengajak kita cerdas melihat penyesat dengan memperhatikan “buahnya”. Buah disini berarti sesuatu yang dihasilkan orang tersebut. Ini bisa berupa sikap, kata-kata, dan motivasi. Tipikal penyesat pada mulanya akan memikirkan orang yang diajaknya. Tapi lama-kelamaan seorang penyesat akan meninggikan dirinya. Meninggikan diri, menguntungkan diri, dan pemujaan diri, menjadi ciri khas orang penyesat. Buah dari orang penyesat bukan saja meninggikan diri mereka sendiri, tapi juga menjauhkan kita dari kebenaran Allah. Berbeda dengan Guru-guru sejati, yang akan makin tenggelam didalam kemuliaan Tuhan, sampai mereka-pun sudah tidak kelihatan lagi karena yang orang lihat hanya Tuhan, bukan orangnya.

Mari kita belajar menjadi lebih pintar dalam menghadapi dunia kita yang selalu diisi dengan orang-orang yang berusaha menyesatkan kita. Mungkin dia tidak tampil sebagai pengkhotbah, pemimpin religius, atau orang dewasa. Tapi dia muncul sebagai teman yang paling enak engkau ajak bicara. Kita harus cerdas menyikapi teman-teman seperti ini: lihat buahnya! Apakah dia mengasihi dengan tulus, apakah dia memiliki kemunafikan yang dia tahan-tahan, dan yang lebih penting lagi: apakah bersamanya engkau menjadi orang yang justru lebih dekat dengan Tuhan? Atau malah engkau makin menjauh dari Tuhan karena pengaruhnya yang kuat?

No comments:

Post a Comment