January 1, 2013

Renungan: Nyatakan dengan Kasih


1 Korintus 8: 1-3

(1) Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.

(2) Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.

(3) Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.


Nyatakan dengan Kasih

Orang Indonesia hidup dengan berbagai tradisi dan kepercayaan. Bahkan sebagai orang Kristen sendiri kita masih banyak terikat dengan hal-hal tersebut. Tradisi dan budaya mengikuti kita terus karena kita dalam banyak hal terikat dengan keluarga sebagai sentral keberadaan kita. Karena adat dan tradisi itu, orang Kristen seringkali diperhadapkan dengan pertanyaan “boleh atau tidak boleh”. Bolehkah membawa persembahan untuk leluhur? Bolehkah berziarah dan berdoa di depan orang yang sudah mati? Bolehkah ikut serta dalam upacara-upacara yang melibatkan kepercayaan kepada roh orang mati? Seringkali pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab, karena melibatkan hubungan dengan keluarga dan juga tugas dan tanggung jawab yang terurai didalamnya. Bila tidak mengikuti upacara tertentu maka keluarga akan menganggap kita tidak mengasihi dan menghormati orang tua.

Kebanyakan orang menginginkan suatu format baku yang dapat diterapkan dalam setiap konteks dan masalah, sehingga tidak perlu pusing lagi memikirkan atau menganalisa untuk menjawab suatu perbuatan boleh atau tidak boleh. Tapi pada kenyataannya memang tidak bisa demikian. Kehidupan keseharian kita dalam menanggapi budaya memang suatu perjuangan yang menuntut kesadaran tinggi, upaya sungguh-sunguh dalam memberikan yang terbaik bagi hormat dan kemuliaan Tuhan.

Ada beberapa sikap yang harus terus kita pertahankan dalam menanggapi budaya di tengah dunia kita yang berdosa ini: Pertama, seseorang memang harus memiliki pemahaman yang benar akan kebenaran Firman Tuhan, supaya terbebas hati nuraninya dari ikatan apapun. Kebenaran Firman Tuhan akan meyakinkan kita bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Kasih Allah yang sudah dianugerahkan pada kita. Sehingga didalam kasus orang Korintus , Paulus mengatakan: “makanan tidak membuat kita lebih dekat dengan Allah. Kita tidak rugi apa-apa kalau tidak memakannya, kita tidak untung apa-apa kalau kita memakannya”. Jadi dalam hal makan makanan penyembahan berhala ini, daging-daging itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap keselamatan jiwa kita. Allah sudah menganugerahkan keselamatan yang kekal, kasih-Nya diberikan di dalam iman percaya kita kepada Yesus. Sehingga makan daging seperti itupun tidak akan membuat kita kehilangan keselamatan. Karena yang membuat kita selamat, bukanlah makanan itu,tapi iman kepada Kristus.

Tapi tidak cukup seseorang hanya mengerti dan punya pengetahuan bahwa Kristus adalah Juru selamat satu-satunya, bahwa kita sudah diselamatkan oleh darah-Nya yang mahal, lalu kita hidup untuk diri kita menikmati keselamatan itu. Paulus menegaskan memiliki pengatahuan dengan seperti itu membuat orang jadi sombong. Orang percaya memang sudah bebas dari ikatan apa saja. Tapi kebebasan ini tidak serta merta kita gunakan hanya untuk diri kita sendiri. Kebebasan itu adalah anugerah, bukan untuk dipakai seenaknya, tapi justru membuat orang Kristen lebih sungguh-sungguh. Ini prinsip yang kedua, bukan hanya memiliki pemahaman, tapi juga kasih. Setiap kita harus berpikir bahwa “apa yang saya lakukan bukan hanya untuk diri saya sendiri, tapi ada orang-orang disekitar saya yang melihat saya, dan kalau saya sembarangan berbicara, maka saya bisa menjadi batu sandungan buat mereka”. Bila kita, karena karena kita berpikir sudah terbebas dari ikatan apapun, kita ikut memberikan persembahan kepada leluhur, kita harus sadar bahwa tindakan itu akan membuat orang yang yang masih baru iman Kristen nya menjadi lemah.

Cara hidup orang Kristen memang cara hidup yang memikirkan orang lain. Dengan demikian juga ketika seseorang menolak untuk memberi hormat didepan kuburan leluhurnya dengan keyakinan bahwa tindakan itu akan membelokkan penyembahannya kepada Allah, maka diapun harus menyampaikannya kepada keluarganya dengan kasih, dan tidak menjadi batu sandungan. Keributan antar anggota keluarga karena ada yang mempertahankan kebenaran dengan sombong dan merendahkan orang lain membawa dampak yang jauh lebih buruk lagi. Bila kita punya pengetahuan, ingatlah tidak semua orang punya pengetahuan seperti itu. Ada orang yang memang sudah mengaku percaya, tapi dalam beberapa hal masih terikat dengan adat istiadat yang sebenarnya bertentangan dengan keyakinan iman, tapi juga belum sanggup untuk berdiri tegak.  

Teman, mari belajar menyampaikan pengetahuan kita dengan kasih, supaya jangan jadi batu sandungan, tapi justru pendorong supaya orang lain bertumbuh.

No comments:

Post a Comment