November 20, 2010

Renungan: Menjadi Berkat Bagi Sesama

Kejadian 12:1-3

(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;

(2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

(3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."


Menjadi Berkat bagi sesama

Cerita ini di mulai dengan panggilan Allah kepada Abraham untuk pergi ke negeri yang Tuhan tunjukkan padanya. Alkitab hanya mencatat, Firman Tuhan kepada Abraham: “pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu…” dan seterusnya. Lihatlah betapa efektifnya panggilan Allah itu dalam diri Abraham, dan Abraham meresponinya tanpa syarat: “maka pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan”. Allah berinisiatif memanggil Abraham dan mengadakan suatu perjanjian yang besar dengannya. Tidakkah ini adalah hal yang luar biasa? Allah sang pencipta dan berkuasa, mau mengadakan perjanjian dengan ciptaann yang kecil. Abraham bukan siapa-siapa. Abraham tidak kenal siapa Allah sebelumnya, tapi penyataan Allah kepadanya sangat jelas, dan dan dia mentaati apa yang Allah perintahkan kepadanya.

Allah memanggil Abraham untuk keluar dari negerinya karena Allah ingin menjadikan dia: (i) Memiliki negeri yang Allah janjikan (ii) bangsa yang besar, (iii) memiliki nama yang masyur, dan (iv) dipelihara dan diberkati. Lihatlah hal-hal yang akan diterima oleh Abraham: Tanah, Bangsa, Nama dan Pemeliharaan. Bukankah semua orang ingin ke-empat hal ini? tanah, rumah, tempat dimana kita bisa pulang. Ini semua adalah hal yang manusia ingin dapatkan dalam hidupnya, dan Allah memberikannya pada Abraham.

Tapi semua yang dijanjikan Allah kepada Abraham itu sesungguhnya bukan sekedar supaya dia jadi Tuan tanah dan berkuasa, tapi supaya Abraham menjadi berkat! Ternyata berkat-berkat yang Abraham terima itu bukan sekedar untuk dirinya tapi supaya lewat Abraham, yaitu namanya, kebesarannya, dan imannya, orang mendapatkan berkat yang sama dan melihat sumber berkat itu sendiri yaitu Allah. Lewat hidup Abraham, Allah menyatakan diri-Nya, sehingga orang melihat sumber berkat itu.

Kata “berkat” dalam pengertian Alkitab memang bisa berarti secara fisik dan secara rohani; secara materi dan secara imateri. Diberkati memang bisa berarti memiliki tanah, harta, dan kekayaan. Tapi maknanya bukan hanya itu. Ada berkat lain yang sama besarnya yaitu berkat secara rohani, yaitu berada dalam relasi yang erat dengan Allah. Bahkan sebenarnya diberkati secara rohani, jauh lebih berharga daripada diberkati secara materi. Karena orang yang diberkati secara rohani, akan bisa menikmati berkat-berkat materinya. Orang yang diberkati secara rohani adalah orang yang bisa merasakan kasih, penghiburan dan pemeliharaan Allah. Ketika anda memiliki iman dan hidup didalam iman itu, anda adalah orang yang diberkati! Apa gunanya punya banyak materi tapi kita tidak bisa merasakan cinta dan kasih Allah lewat semua itu? Tidak ada artinya bukan?

Itu sebabnya yang ditulis dalam Ibrani tentang Abraham, bukan tentang Abraham yang dapat tanah, dapat nama, dapat kebesaran dan kemasyuran, tapi Ibrani menulis “Karena Iman Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya…” (11:8) Apakah yang membuat Abraham menjadi berkat? bukan sekedar tanah, nama dan kebesaran. Tapi imannya yang meresponi Allah , dan bagaimana ia hidup dalam relasi yang dekat dengan Allah, itulah yang membuat ia menjadi berkat.

Sobat muda, sebenarnya bisa beribadah dan punya kesadaran untuk mempercayakan hidup kita kepada Tuhan saja itu sudah merupakan berkat, dan seharusnya itu memampukan kita juga menjadi berkat bagi orang lain. Orang sering berpikir, kalau kita punya harta dan materi, itu baru berkat. Padahal kalau kita tidak punya kesadaran rasa syukur pada Allah, sebanyak apapun materi yang kita punya, maka semua itupun tidak akan ada artinya, apalagi menjadi berkat buat orang lain. Tapi orang yang sadar betul bahwa hidupnya adalah anugrah Tuhan dan meyakini berkat yang berlimpah dalam hidup rohaninya, maka pastilah orang disekelilingnya akan merasa diberkati karena melihat Allah dalam hidupnya.

November 4, 2010

Renungan: Berkubang dalam luka

Mazmur 147 : 1 - 6

147:1 Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.

147:2 TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai;

147:3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;

147:4 Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.

147:5 Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.

147:6 TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.


Berkubang dalam luka

Manusia bukan hanya terdiri dari hal yang fisik, yang kalau luka terasa sakit, tapi kita juga terdiri dari yang non-fisik, yang juga bisa dilukai, tentu tidak selalu dengan benda fisik. Luka yang sifatnya non-fisik itulah yang sering kita sebut sebagai luka batin, karena yang terluka memang ‘batinnya’, yang bahkan bisa membuat kita lebih merana daripadi luka fisik. Kadang sakit fisik lebih mudah diobati dari pada sakit hati. Separah-parahnya kita sakit, masih bisa ditelusuri: dicari bakterinya dimana, jenisnya apa, lalu ditelusuri antibiotic apa yang bisa membunuh bakteri itu. Tapi kalau didalam hati engkau menyimpan rasa sakit hati, kecewa dan dendam, antibiotik apa yang cocok?

Hari ini kita membaca bahwa Allah menyembuhkan orang-orang yang patah hati atau broken in heart dan membalut luka-luka mereka. “Orang-orang yang patah hati” dalam mazmur ini bukan sekedar orang yang punya luka batin karena disakiti orang lain atau rasa kecewa dan kepahitan karena peristiwa hidup yang berat. Memang orang-orang demikian termasuk didalamnya. Tapi yang paling mendasar dari orang yang “broken in heart” adalah orang yang patah hati karena dosa. Jadi mereka adalah orang yang merasa hancur hatinya karena menyadari dosanya. Hati mereka hancur karena mereka sadar bahwa dosa-dosa itu tidak berkenan di hadapan Allah. Orang yang hancur hatinya adalah orang yang sadar dirinya adalah pendosa. Allah akan memulihkan orang yang seperti ini.

Ketahuilah bahwa dalam setiap ‘luka’ yang anda rasakan entah itu rasa kecewa, sakit hati, tidak mau mengampuni, pasti ada unsur dosa didalamnya. Mungkin seseorang mengatakan “itu bukan dosa, karena aku korban! aku disakiti, aku dihina, aku dikhianati”. Lalu biasanya orang seperti ini akan membiarkan dirinya berkubang dalam luka-lukanya, tidak mau keluar dari rasa itu. Bukankah ketidak mampuan kita untuk memaafkan, ketidak sanggupan kita untuk menerima diri kita dan rasa dendam yang menguasai kita, semua itu adalah dosa? Tapi orang yang patah hatinya adalah orang yang mengaku bahwa didalam luka-lukanya ada dosa. Mereka adalah orang yang mengatakan “Tuhan aku begitu kecewa, aku begitu sakit hati, tapi aku tidak tahu harus bagaimana, balutlah luka-lukaku supaya aku lepas dari kekecewaan ini”

Orang yang “broken heart” didalam Mazmur ini adalah orang yang sadar dirinya hancur, dan mengaku bahwa dia membutuhkan Allah. Karena dia tahu dia tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri; dia tahu hanya Allah yang sanggup menyembuhkan dan memulihkan hidupnya. Kalau bintang di langit saja Allah yang menentukan jumlahnya dan nama-namanya, apalagi mengurus luka kita yang kecil ini? Kalau begitu, mengapa masih terus berkubang dalam luka-luka hidupmu?