December 21, 2009

Renungan: Yesus Kristus Raja Damai

Yesaya 9 : 5

9-5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.


Yesus Kristus Raja Damai

Semua orang menginginkan kedamaian lebih dari pada keinginan lainnya. Banyak orang akan setuju, bahwa ketimbang materi lebih baik memiliki kedamaian. Karena kita mengartikan ‘damai’ sebagai suatu kondisi dimana tidak ada konflik, kekacauan, ketakutan, dan penderitaan; yang ada adalah kesejahteraan, keselarasan, dan keutuhan. Siapa yang tidak mau kondisi seperti itu?

Negeri kita memang tidak sedang dilanda perang seperti yang terjadi di belahan dunia lain. Tapi bila kita melihat sekeliling kita, tidak habis-habisnya konflik berkecamuk di negeri ini; konflik antar kelompok, perorangan bahkan antar institusi dan lembaga. Kejahatan meningkat terus dalam berbagai bentuk yang membuat kita selalu hidup dalam kekuatiran dan ketakutan. Media TV bahkan menghadirkan kekacauan itu di ruang tamu kita, yang membuat kita sadar bahwa tidak ada tempat atau sudut yang damai di dalam dunia kita. Banyak orang mencari kedamaian dan mengupayakan sedemikian rupa, tapi sering kali usaha itu tidak berhasil karena dipatahkan lagi oleh kejahatan dan keserakahan manusia.

Yesaya mengatakan bahwa Mesias itu akan disebut orang Raja damai. Kedamaian yang Tuhan Yesus berikan adalah kedamaian yang bukan datang dari dunia ini atau seperti yang diupayakan manusia. Tuhan mengatakan “Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu…” (Yohanes 14:27) Tuhan Yesus mengatakan ini sebagai peringatan kepada Murid-murid bahwa mereka akan menghadapi berbagai pencobaan, tapi Tuhan menjanjikan kedamaian di hati mereka yang akan memberikan kekuatan. Makna kedamaian yang Tuhan berikan memang berbeda dari apa yang orang sering upayakan. Seperti apakah dunia ini mengajarkan kita bagaimana mengejar kedamaian? Kalau terjadi konflik dalam rumah tangga, cerai saja. Kalau orang berbuat jahat, balas saja. Kalau merasa bosan, pergi saja. Kalau ada masalah, lari saja. Kalau merasa kurang, cari saja. Itulah pemikiran tentang pencarian damai yang dilakukan dunia ini. Cara pikir dunia tentang damai adalah ketika tidak ada konflik, tidak ada penindasan, dan tidak ada kekacauan. Tapi “damai” yang Tuhan Yesus berikan tidak demikian. Justru Tuhan Yesus menjanjikan kedamaian di dalam hati kita bahkan ketika konflik, penindasan dan kekacauan itu masih berlangsung di sekitar kita.

Orang Jahudi menyebut damai itu sebagai “shalom” dan orang Kristen di Indonesia sekarang sering menyebut kata ini. “Shalom” adalah kata yang kaya sekali yang didalamnya mengandung makna suatu “keutuhan” dan “lengkap”. Damai yang Kristus berikan akan membuat hidup kita utuh, lengkap dan tidak kekurangan apapun. Dengan demikian, penderitaan tidak membuat kita jadi merasa ‘kurang’, konflik tidak membuat kita jadi jahat, kejahatan orang lain tidak membuat kita jadi berbuat dosa, kekacauan tidak membuat kita jadi takut. Kedamaian yang Tuhan letakkan di dalam hati kita membuat kita dapat tetap dalam keadaan ‘damai’: damai dengan Allah, damai dengan diri sendiri, bahkan damai dengan sesama kita.

Banyak orang masih mencari damai di dunia ini, padahal damai yang sesungguhnya hanya bisa kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Dia membawa kita berdamai dengan Allah sehingga kita mendapatkan kasih anugrahNya. Dia membawa damai di dalam hati kita sehingga kita juga berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.

Sobat muda, temukan damai yang sejati di dalam Kristus, bukan di dalam dunia ini.

1 comment:

  1. Oke dan keren tulisanya dna terima kasih untuk semuanya ................salam Soli Deo Gloria.

    ReplyDelete