Yesaya 9 : 5
9-5 Sebab seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan
ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib,
Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesus Kristus Raja Damai
Semua
orang menginginkan kedamaian lebih dari pada keinginan lainnya. Banyak
orang akan setuju, bahwa ketimbang materi lebih baik memiliki kedamaian.
Karena kita mengartikan ‘damai’ sebagai suatu kondisi dimana tidak ada
konflik, kekacauan, ketakutan, dan penderitaan; yang ada adalah
kesejahteraan, keselarasan, dan keutuhan. Siapa yang tidak mau kondisi
seperti itu?
Negeri kita memang tidak sedang dilanda perang
seperti yang terjadi di belahan dunia lain. Tapi bila kita melihat
sekeliling kita, tidak habis-habisnya konflik berkecamuk di negeri ini;
konflik antar kelompok, perorangan bahkan antar institusi dan lembaga.
Kejahatan meningkat terus dalam berbagai bentuk yang membuat kita selalu
hidup dalam kekuatiran dan ketakutan. Media TV bahkan menghadirkan
kekacauan itu di ruang tamu kita, yang membuat kita sadar bahwa tidak
ada tempat atau sudut yang damai di dalam dunia kita. Banyak orang
mencari kedamaian dan mengupayakan sedemikian rupa, tapi sering kali
usaha itu tidak berhasil karena dipatahkan lagi oleh kejahatan dan
keserakahan manusia.
Yesaya mengatakan bahwa Mesias itu akan
disebut orang Raja damai. Kedamaian yang Tuhan Yesus berikan adalah
kedamaian yang bukan datang dari dunia ini atau seperti yang diupayakan
manusia. Tuhan mengatakan “Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai
sejahtera kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang
diberikan dunia kepadamu…” (Yohanes 14:27) Tuhan Yesus mengatakan ini
sebagai peringatan kepada Murid-murid bahwa mereka akan menghadapi
berbagai pencobaan, tapi Tuhan menjanjikan kedamaian di hati mereka yang
akan memberikan kekuatan. Makna kedamaian yang Tuhan berikan memang
berbeda dari apa yang orang sering upayakan. Seperti apakah dunia ini
mengajarkan kita bagaimana mengejar kedamaian? Kalau terjadi konflik
dalam rumah tangga, cerai saja. Kalau orang berbuat jahat, balas saja.
Kalau merasa bosan, pergi saja. Kalau ada masalah, lari saja. Kalau
merasa kurang, cari saja. Itulah pemikiran tentang pencarian damai yang
dilakukan dunia ini. Cara pikir dunia tentang damai adalah ketika tidak
ada konflik, tidak ada penindasan, dan tidak ada kekacauan. Tapi
“damai” yang Tuhan Yesus berikan tidak demikian. Justru Tuhan Yesus
menjanjikan kedamaian di dalam hati kita bahkan ketika konflik,
penindasan dan kekacauan itu masih berlangsung di sekitar kita.
Orang
Jahudi menyebut damai itu sebagai “shalom” dan orang Kristen di
Indonesia sekarang sering menyebut kata ini. “Shalom” adalah kata yang
kaya sekali yang didalamnya mengandung makna suatu “keutuhan” dan
“lengkap”. Damai yang Kristus berikan akan membuat hidup kita utuh,
lengkap dan tidak kekurangan apapun. Dengan demikian, penderitaan tidak
membuat kita jadi merasa ‘kurang’, konflik tidak membuat kita jadi
jahat, kejahatan orang lain tidak membuat kita jadi berbuat dosa,
kekacauan tidak membuat kita jadi takut. Kedamaian yang Tuhan letakkan
di dalam hati kita membuat kita dapat tetap dalam keadaan ‘damai’: damai
dengan Allah, damai dengan diri sendiri, bahkan damai dengan sesama
kita.
Banyak orang masih mencari damai di dunia ini, padahal
damai yang sesungguhnya hanya bisa kita temukan di dalam Tuhan Yesus.
Dia membawa kita berdamai dengan Allah sehingga kita mendapatkan kasih
anugrahNya. Dia membawa damai di dalam hati kita sehingga kita juga
berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.
Sobat muda, temukan damai yang sejati di dalam Kristus, bukan di dalam dunia ini.
Oke dan keren tulisanya dna terima kasih untuk semuanya ................salam Soli Deo Gloria.
ReplyDelete