Dibutuhkan keberanian untuk bicara kebenaran
Yehezkiel 2:1-7
(1) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau."
(2)
Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan
ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan
aku.
(3) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, Aku mengutus
engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah
memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka
terhadap Aku sampai hari ini juga.
(4) Kepada keturunan inilah,
yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus
kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH.
(5) Dan
baik mereka mendengarkan atau tidak--sebab mereka adalah kaum
pemberontak--mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di
tengah-tengah mereka.
(6) Dan engkau, anak manusia, janganlah
takut melihat mereka maupun mendengarkan kata-katanya, biarpun engkau di
tengah-tengah onak dan duri dan engkau tinggal dekat kalajengking.
Janganlah takut mendengarkan kata-kata mereka dan janganlah gentar
melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak.
(7) Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak, sebab mereka adalah pemberontak.
Dan
engkau, anak manusia, janganlah takut melihat mereka maupun mendengar
kata-katanya, biarpun engkau di tengah-tengah onak dan duri dan engkau
tinggal dekat kalajengking. (Yehezkiel 2:6a)
Sobat muda,
Alkitab menceritakan kehidupan Yehezkiel di tanah pembuangan sebagai
kehidupan yang sangat keras. Dia tinggal di tengah orang-orang yang
melawan Allah, tidak mau diajar, bahkan menentang Yehezkiel sebagai nabi
dan imam mereka. Bayangkan saja kalau kamu berjalan di tengah onak
duri yang pastinya akan membuat kakimu penuh dengan luka-luka, walaupun
mungkin tidak mematikan. Atau kalau kamu berjalan di dekat kalajengking,
tentu kamu harus berhati-hati, karena yang satu ini bisa mematikan
kalau tersengat. Begitulah Tuhan menggambarkan perkataan orang-orang
yang ada di sekitar Yehezkiel, yang menyakitkan, dan dengan sengaja
memberontak kepada Allah. Dengan perkataan orang bisa memfitnah,
menghina, menyakiti, bahkan membunuh! Tentu saja yang dibunuh bukan
fisiknya tapi karakternya.
Mungkin kamu sering mendengar
perkataan-perkataan yang tidak enak di tengah-tengah komunitas dimana
kamu berada, yang menyakiti hatimu bahkan menjadi fitnah untuk mu. Entah
kenapa, semakin kita mempertahankan kemurnian iman dan sikap hidup
kita, perkataan miring dan bernada fitnah malah datang pada kita. Bisa
datang dari teman, rekan kerja, bahkan dari anggota keluarga sendiri.
Sepertinya itu sudah menjadi rumusan kehidupan.
Orang yang menekan,
mempertanyakan, merendahkan, dan menyalah artikan hidup kita selalu ada
di sekitar kita. Orang-orang seperti itu jugalah yang ada di sekitar
Yehezkiel. Tapi Allah mengutus Yehezkiel kesana. Dan nasihat Allah
adalah “jangan takut!” Nasihat ini tepat sekali, karena
perkataan-perkataan keras dan menyakitkan dari orang lain dapat membuat
mental kita ciut, dan membuat kita terdiam, dan akhirnya kita tidak
berani menyatakan kebenaran. Allah meneguhkan Yehezkiel untuk menjadi
saksi yang berani dan berani berbicara menyatakan kebenaran Allah.
Memang
dibutuhkan keberanian untuk bisa berbicara menyatakan kebenaran. Dunia
ini semakin banyak dipenuhi orang yang “diam” walaupun dia tahu
kebenaran, dengan alasan “strategi” dan “kebijaksanaan”. Padahal intinya
bukan itu. Diamnya mereka lebih kepada menyelamatkan diri, tidak taat
pada Tuhan, bahkan kekejian hati mereka. Banyak orang jadi menderita
karena perbuatan orang yang “diam” melihat dosa. Bahkan banyak
kawan-kawan kita yang tetap hidup dalam dosa jadi makin menggila dengan
dosanya, justru karena kita “diam” melihat dosanya.
Memang ada
waktunya diam. Tapi kalau Tuhan mau kita bicara, kita harus bicara!
Walaupun satu kata saja keluar dari mulut kita bisa mendatangkan
serangan balik yang bertubi-tubi bagi diri kita. Tapi kalau kebenaran
Tuhan harus dinyatakan, maka tidak boleh ada yang menghentikannya.