July 12, 2010

Renungan: Kobarkanlah Karunia Allah!

2 Timotius 1:6-8

(6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.

(7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

(8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.


Kobarkanlah karunia Allah!

Ini adalah surat akhir menjelang ajal dari seorang pahlawan rohani, kepada anak rohaninya Timotius. Apa yang Paulus sampaikan tentu adalah hal-hal yang penting, karena dia berpikir, tidak akan pernah bertemu lagi dengan Timotius, dan tidak ada lagi waktu bersama-sama seperti yang sudah pernah mereka lalui. Tentu ini juga menjadi surat yang sangat penting sekali dan harus dibaca oleh semua pemimpin Kristen, pelayan, pekerja, dan siapa saja yang terlibat dalam pelayanan, karena yang berbicara ini adalah seorang yang sudah teruji dalam hidup pelayanannya. Ditengah kondisi menjelang datangnya ajal, Paulus menunjukkan hati yang tetap dipenuhi rasa syukur sebagai orang yang diberi kasih karunia Allah. Bahkan dalam situasi seperti itu Ia masih bersyukur, menaikkan doa permohonan bagi orang lain, bahkan mengobarkan semangat di hati Timotius.

Paulus banyak mendorong Timotius dari berbagai penjuru. Di awal surat ini saja Paulus sudah mengingatkan akan besarnya anugrah Tuhan bagi Timotius karena memiliki Ibu dan Nenek yang memperkenalkan kebenaran Allah kepadanya. Sepertinya Timotius memang orang muda yang lemah, malu-malu, takut, sungkanan, dan tidak berani konfrontasi. Mungkin dia orang yang sangat lembut hatinya, bahkan terlalu lembut untuk sanggup menghadapi kerasnya tantangan disekelilingnya. Tapi sebenarnya di dalam kelemahannya Timotius memiliki banyak karunia, dan Paulus mengatakan bahwa itu harus dikobarkan atau dipakai dengan berani.

Seringkali memang orang yang punya banyak karunia, tidak berani memakainya karena kelemahan karakternya dan tidak punya keberanian untuk memakainya. Jadi nasihat Paulus ini tepat sekali supaya Timotius punya keteguhan dan keberanian untuk memakai seluruh karunia yang sudah diberikan Allah buat dia. Kata ”mengobarkan” bukan berarti ’menyalakan’ tapi membuatnya menjadi besar. Kita sering tahu bahwa kita memiliki karunia dalam banyak hal, tapi memang apa yang kita mengerti itu hanya api yang redup-redup, dan tidak membakar apa-apa di dalam diri kita. Sehingga kita tetap menjadi orang yang tidak punya semangat melayani Tuhan dan mudah sekali mundur.

Ini sebenarya juga menunjukkan bahwa Tuhan memperlakukan kita tidak seperi robot. Tidak berarti kalau kita diberi karunia, kita langsung ”berubah” seperti mendapatkannya dengan ”bimsalabim”. Tapi karunia bekerja lewat diri kita seutuhnya, keluar dalam bentuk minat, gairah, semangat, sehingga karunia itu bekerja. Bahkan ada hal-hal yang harus diperangi untuk tetap membuat karunia itu tetap berkobar. Salah satu yang Paulus ungkapkan disini adalah ”rasa malu”.

Rasa malu sering menguasai diri sehingga performa hidup sering juga tidak maksimal. Ada rasa malu yang harus kita perangi supaya tidak menguasai perasaan kita. Misalnya rasa malu untuk sesuatu yang kita sudah bertobat. Paulus tidak malu mengakui kalau dulu dia begitu bejat, namun dia mendapatkan pengampunan. Justru hal itu membuat Ia memiliki hati yang penuh dengan ucapan syukur karena merasa tidak layak tapi tetap diberi anugerah. Malu karena masa lalu membuat kita tidak bisa bergerak menuju masa depan dan melakukan perkaran besar dalam hidup kita. Rasa malu akan masa lalu seperti penjara yang menghalangi karya-karya yang seharusnya kita hasilkan. Jangan pernah juga merasa malu untuk memuliakan Tuhan sehingga kita seringkali menurunkan standar-standar yang harusnya kita pakai, tapi karena kita malu dianggap aneh oleh komunitas, kita menurunkannya.

Sobat muda, apa yang membuat karunia dalam dirimu menjadi redup? Perangi itu, dan kobarkanlah karunia Allah yang ada padamu!