November 20, 2009

Renungan: Miskin tapi Kaya dalam Kemurahan

2 Korintus 8:1-5

(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.

(2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

(3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

(4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

(5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.



Banyak orang berpikir, memberi mungkin adalah hal yang mudah selama mereka memiliki banyak. Kalau kita sendiri tidak cukup materinya, apa yang mau di beri? Begitu mungkin perhitungannya. Tapi kenyataannya orang yang punya banyak kelimpahan harta justru seringkali merasa sulit untuk memberi. Karena mereka berpikir bahwa setiap orang harusnya mendapatkan apa yang mereka upayakan sendiri; tidak bekerja berarti tidak mendapatkan, sehingga memberi begitu saja kepada pihak lain, adalah sesuatu yang tidak benar. Perhitungan semacam ini membuat di pihak lain kalaupun orang memberi, maka biasanya mereka mengharapkan imbalannya seperti pengakuan di depan orang banyak. Sesungguhnya memberi itu bukan pekerjaan mudah dan tidak semata hanya masalah kita punya atau tidak punya sesuatu untuk diberi. Dibutuhkan lebih dari harta atau materi untuk membuat seseorang sanggup memberi dengan benar.

Paulus sedang menggalang dana diantara gereja-gereja non-Yahudi yang dilayaninya untuk membantu Gereja Yerusalem. Bantuan kepada gereja Yerusalem ini tidak bisa hanya dilihat sebagai makna “bantuan secara materi” belaka, tapi ada makna yang lebih mendalam. Paulus mendorong orang Korintus melihat bahwa pemberian ini juga bermakna adanya koneksi gereja-gereja non-Yahudi kepada gereja Yerusalem yang merupakan “gereja asal” dari mana pengabaran injil disebarkan secara luas. Sehingga orang-orang Korintus juga harus melihat bahwa kesempatan membantu ini menunjukkan bahwa mereka adalah sama-sama umat Tuhan dan tidak ada perbedaan antara Yahudi dan non Yahudi. Paulus mendorong orang Korintus untuk menolong Gereja Yerusalem dengan cara menceritakan bagaimana orang Makedonia telah memberi dengan berkelimpahan.

Ada beberapa kualitas yang dimiliki orang Makedonia. Orang Makedonia memang banyak terdiri dari masyarakat miskin dan hidup penuh penderitaan, tapi mereka memiliki kasih karunia yang dianugerahkan Tuhan sehingga mereka dapat memberi. Bahkan di dalam kekurangan, mereka dapat memberi melampaui kemampuan mereka. Orang Makedonia tidak perlu di desak-desak, karena mereka memberikan dalam kerelaan dan justru inisiatifnya datang dari mereka sendiri. Tidak disebutkan seberapa besar jumlah yang sudah mereka berikan, karena memang Paulus tidak menekankan soal jumlah, tapi menekankan semangat mereka dalam memberi yang berlawanan dengan kenyataan bahwa mereka hidup miskin.

Paulus menyebut orang Makedonia “miskin tapi kaya dalam kemurahan”. Kekayaan yang berharga memang bukanlah uang atau materi. Kemurahan hati adalah sebuah kekayaan, bahkan kekayaan yang dimiliki orang Makedonia adalah kemurahan yang diletakkan Tuhan sebagai anugrah di hati mereka. Kekayaan ini membuat mereka tidak bisa diam ketika melihat gereja Yerusalem membutuhkan pertolongan. Kekayaan ini membuat mereka sebenarnya bukan hanya menyerahkan ‘materi’, tapi juga diri mereka sendiri. Orang boleh saja kaya secara materi, tapi jangan sampai hatinya miskin dan sulit, bahkan tidak sanggup memberi. Orang yang sudah mengalami kasih dan kemurahan Tuhan dalam hatinya adalah orang yang kaya dalam kemurahan; mereka tidak akan diam saja, tapi akan selalu giat dalam memberi.

Sahabat , apakah engkau orang yang kaya dalam kemurahan?

No comments:

Post a Comment