October 4, 2011

Renungan: Sebuah Karya Berbasis Kesombongan

ejadian 11 : 1 - 9

11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.

11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.

11:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.

11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,

11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.

11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.


Sebuah Karya Berbasis Kesombongan oleh Kak Astri Sinaga

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan (Amsal 16:18)

Apa yang salah dengan pembangunan menara Babel ini? Mengapa Tuhan Allah kemudian menghentikan usaha itu? Anak-anak manusia itu berkata, “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (ayat 4). Menara yang sedang dibangun ini adalah menara yang mereka ingin ketinggiannya mencapai langit. Langit disini artinya “heaven” atau surga, tempat Tuhan Allah bertahta. Lalu mereka ingin juga menamai menara itu. Apa artinya?

Sebenarnya yang mereka bangun bukan sekedar menara, tapi suatu berhala, yang bisa menduduki surga, dan memiliki nama yang dapat mereka sembah dan mempersatukan mereka. Bila menara ini berdiri, berarti mereka memiliki sebuah kekuatan yang nyata yang memerintah dan mempersatukan mereka layaknya berhala. Dengan demikian mereka tidak membutuhkan Allah lagi, mereka melakukan segala sesuatunya sesuka hati mereka.

Sobat muda, walaupun kita ini bisa menghasilkan karya-karya yang baik, contoh pembangunan menara babel menunjukkan bahwa kita sering menghasilkan karya-karya kita untuk kesombongan kita. Kita membangun prestasi yang bagus dalam studi dan pekerjaan kita dengan motivasi supaya orang menghormati kita. Kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, supaya orang memuji-muji kita. Itu semua adalah suatu pekerjaan yang lahir dari kesombongan, dan Tuhan Allah tidak suka akan kesombongan kita.

Dia yang berkuasa dan yang memberikan kita kapasitas berkarya, berarti Dia juga sanggup menghentikan segala karya kita begitu saja kalau kita mendasari setiap karya kita dengan kesombongan. Pikirkan hari ini, apakah “aku punya motivasi kesombongan dalam pekerjaan-pekerjaan yang sadang aku lakukan?”

No comments:

Post a Comment